Kiat Membendung Pemikiran Barat

Kiat Membendung Pemikiran Barat
Oleh: Luqman Hakim
 
     Pemikiran barat (Western thought) semakin gencar disosialisasikan oleh orientalis dan komunitas liberal dalam berbagai media. Baik melalui televisi, radio, internet, majalah, ataupun Koran. Tentu saja, umat Islam semakin resah dengan berbagai sepak terjang mereka.

       Kita, tentunya menginginkan agar arus pemikiran tersebut bisa kita hadang agar tidak meracuni pemikiran kita (fikroh Islamiyah) . Di sini dipaparkan beberapa kiat untuk membendung pemikiran barat. Apa saja kiat-kiat tersebut?
 
Bangga Menjadi Muslim 

      Salah satu cara untuk mengatasi arus pemikiran yang datang dari barat adalah bangga menjadi seorang muslim. Kenapa? Karena banyak orang yang mengaku beriman, namun merasa tidak "pede" dengan keimanannya. Banyak yang mengaku muslim, namun berusaha "menyembunyikan" kemuslimannya. Muslim masa kini berbeda dengan muslim era dahulu. Kini, banyak orang muslim yang terjangkit virus “inferior”(minder). 

        Mereka terpesona oleh kemilau barat yang begitu "memukau". Teknologi canggih yang dimiliki barat sekarang seolah mengubur khazanah islam yang dahulu membuat orang-orang barat terpukau. Padahal, "minder" terhadap orang-orang kafir adalah sebuah penyakit yang menggerogoti keimanan kita. Ia menyerang akidah (keyakinan), sentral identitas kita sebagai muslim.

       Oleh karena itu, penanaman aqidah seharusnya menjadi pelajaran utama dalam lembaga pendidikan. Ironisnya, kurikulum pendidikan di Indonesia  tidak menempatkan mata pelajaran agama, terutama aqidah, sebagai pelajaran utama. 

      Komponen utama untuk menjadi mahasiswa muslim yang unggul ada tiga komponen,yaitu Aqidah yang kuat, kemampuan bahasa arab dan asing (terutama bahasa Inggris) ,dan menulis. Sedangkan komponen-komponen lainnya seperti psikologi, ilmu komunikasi, serta pelajaran lainnya hanyalah pelengkap saja. 

       Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus estafeta perjuangan islam hendaknya memperhatikan aspek-aspek tersebut. Bahkan ke depannya, kita perlu merekonstruksi kurikulum pendidikan Indonesia . 

      Tentunya, ketiga aspek di atas haruslah menjadi agenda utama dalam upaya rekonstruksi kurikulum pendidikan tersebut. Sehingga, generasi muslim selanjutnya bisa terjaga izzah mereka serta menjadi pribadi muslim unggul yang bangga terhadap identitas keislamannya  

Mengingat sejarah 

               Cara kedua yang harus ditempuh adalah mengingat kembali sejarah yang benar mengenai Islam. Hal tersebut diperlukan mengingat urgennya masalah itu. Sejarah yang ada pada saat ini sebenarnya telah terkontaminasi oleh kebohongan-kebohongan yang diinfiltrasi oleh para orientalis. Misalnya perjuangan pangeran Diponogoro. 

                  Dalam sejarah nasional Indonesia diterangkan bahwa pangeran Diponogoro adalah salah satu pahlawan nasional dengan semangat nasionalisme sebagai wujud kecintaanya terhadap tanah air. Namun menurut versi yang berbeda, beliau sebenarnya berperang melawan Belanda karena didasari oleh semangat jihad yang ada dalam islam, bukan nasionalisme. Beliau melawan penjajah disebabkan penjajah telah menginjak-injak agama Islam. 

              Selain itu, kejayaan yang pernah dirasakan islam selama belasan abad – jauh melampaui barat - perlu kita kenang dan kita jadikan penyemangat untuk berjuang mengembalikannya pada era sekarang. Dengan begitu, generasi muslim akan lebih condong kepada pemikiran Islam dari pada pemikiran barat     

Intinya Adalah Ilmu 

       Demikianlah, apa yang mungkin bisa kita perbuat. Pemikiran barat yang arusnya sangat terasa dalam kehidupan kaum muslimin dewasa ini bisa kita bendung. Dengan ilmu, kebanggaan sebagai muslim dan pentingnya sejarah masa silam bisa kita capai. Sehingga ke depannya. peradaban Islam yang kita idamkan bisa tercapai. Kita berdoa semoga kita bisa melakukan hal terbaik dalam upaya pembendungan tersebut.