Semangat Tiada Henti

Semangat Tiada Henti
       Saudaraku.....sebagaimana orang-orang pada umumnya, aku ingin menjadi orang sukses. Oleh karena itulah aku mencanangkan cita-cita yang hendak kucapai. Banyak yang ingin kucapai. Namun maaf, ku tak mau menuliskannya di sini. Yang jelas, aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa keinginan saja tidak cukup. Harus ada bukti.

     Saudaraku....aku tahu bahwa sukes itu tidak mudah. Tuk menggapainya, banyak aral merintang, ombak menerjang, duri berhamparan, dan deraan demi deraan menghampiri. Namun itu semua tak akan membuatku surut, nyaliku ciut, atau mundur pertanda kalah. Tidak akan...sungguh tidak akan. Selama Allah masih memberiku kesempatan, ku kan terus maju melawan ombak yang menerjang. Ku kan terus melaju dan melaju hingga kesuksesan yang aku cita-citakan bisa teraih dan bisa kugenggam dengan tangan kananku.

Dolly, Pemerintah, dan Kita

Dolly, Pemerintah, dan Kita
     Oleh: Luqman Hakim

”Dolly”, sebuah lokalisasi yang berada di Putat Jaya, Surabaya, akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Tempat yang menjadi ladang maksiat ini direncanakan akan ditutup oleh pemerintah. Bisakah itu terjadi? Lalu apa peran kita sebagai masyarakat muslim?  

Surga Maksiat 

      Sudah menjadi rahasia umum, kalau Dolly dikenal sebagai area ”halal” dalam melakukan praktek perzinahan. Di sana, Para ahli maksiat setiap malam bebas berpesta ria tanpa memiliki rasa takut. Setiap malam, sekitar 1.200 Pekerja Seks Komersial (PSK) yang rata-rata berusia sekitar 18 – 30 tahun tersebar di 400 wisma dan siap melayani para tamu berhidung belang yang datang dari berbagai tempat. Menurut penuturan salah satu pemilik wisma, 1 wisma bisa didatangi oleh ”tamu” sebanyak 50-70 orang, dan 1 PSK bisa melayani 7-10 orang (Jawa Pos, 26/10/10). Maka tidak mengherankan jika Dolly disebut-sebut sebagai lokalisasi prostitusi terbesar di Asia tenggara