Ayo, hijrah dari Infotainment!

Ayo, hijrah dari Infotainment!
Oleh: Luqman Hakim    

     Program Televisi yang mengungkap kehidupan selebritis, infotainment, meresahkan (sebagian) masyarakat. Acara itu dinilai telah “menjajah” pikiran penonton dengan berbagai hal yang tidak semestinya. Misal, mengungkap pertengkaran, peceraian, serta berbagai sisi kehidupan hedonistik selebritis.

       Tapi, di sisi lain, infotainment telah menjadi acara favorit bagi sebagian (besar) masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga. Dengan realita seperti itu, wajar jika produser televisi berlomba-lomba mengeruk berita seputar selebritis. Dalam “perlombaan” tersebut, para produser tidak lagi memerhatikan dampak dari apa yang mereka tayangka, positif atau negatifkah?

        Bagi banyak produser, layak-tidaknya sebuah produksi bukan terletak pada nilai, tapi lebih pada pencapaian rating. Padahal, untuk menciptakan masyarakat yang beradab, seyogyanya, nilai/normalah yang seharusnya menjadi tolak ukur utama.

Buah Keyakinan Terhadap Pertolongan Allah

Buah Keyakinan Terhadap Pertolongan Allah
            Pagi yang cerah. Mentari memancarkan sinarnya dengan ceria, menyapa penduduk bumi yang mulai bergerak melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Burung-burung berkicau dengan merdu, memberikan semangat pada manusia-manusia yang masih malas memulai aktivitas. Tidak mau kalah, ayam jantan pun berkokok dengan suara terbaik, ikut memotivasi orang-orang yang terlena akan indahnya pagi.
   
    Pagi itu, ku berangkat sekolah dengan penuh semangat. Hatiku merasa nyaman dan tenteram, seakan-akan aku berada di padang rumput yang sangat luas. Pikiranku juga terasa segar, seolah baru saja disirami air es. Sungguh karunia yang teramat besar dari Sang Pencipta. Ku yakin, ini pengaruh sholat dhuha dan tahajjud yang aku tunaikan pada pagi itu.
             Dengan berjalan santai, kuayunkan kaki ini setapak demi setapak ke arah sekolah tercinta. Ku melangkah dengan penuh semangat, layaknya seorang mujahid yang sedang melangkah menuju medan pertempuran. Ku melangkah lurus, tatapanku tajam. Sudah tak sabar ku cepat sampai di sekolah.