Al-Faruqi: Tauhid adalah Esensi Peradaban Islam


Oleh : Luqman Hakim


 Judul : Tauhid 
Penulis : Isma’il Raji Al-Faruqi 

Penerbit : Penerbit Pustaka, Bandung 

Tahun Terbit : 1409 H / 1988 M 

Tebal : 278+ xvi halaman 




           Berbicara tentang tauhid, maka kita sedang membicarakan perkara besar dalam agama Islam. Ia merupakan emas paling berharga dalam hidup seorang muslim. Tanpa tauhid, keislaman seseorang akan tercerabut dengan sendirinya. Oleh karena itu, sebagai muslim kita seyogyanya mempelajari lebih dalam mengenai tauhid serta berbagai penjelasan tentangnya dari para ulama. 

     Dalam buku Tauhid yang ditulis oleh Al-Faruqi ini, kita diajak mengarungi penjelasan tentang tauhid yang agak “berbeda” dengan buku-buku tauhid lainnya. Selain menemukan tulisan berupa ayat-ayat al-Quran serta hadits nabi, kita juga menjumpai berbagai penjelasan tauhid yang dipandang dari sisi sosial, seni, poiltik, dan lain-lain.  

Kesamaan dalam Spritualitas antara Laki-laki dan Perempuan

Kesamaan dalam Spritualitas antara Laki-laki dan Perempuan
     Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, karena masih menganugerahkan karunianya kepada kami, sehingga bisa melanjutkan proses penterjemahan dari buku “Gender Equity In Islam”. Pada postingan pertama yang kami tulis pada 13 November lalu dengan judulBuku ini “Bernama” Gender Equity in Islam”, alhamdulillah kami telah menerjemahkan bagian pertama dari buku ini. Di sana diterangkan bahwa ada empat aspek terkait tentang posisi dan peranan wanita dalam masyarakat dilihat dari perspektif islam, yaitu aspek spiritual, ekonomi, sosial dan politik. 

            Pada postingan kali ini kami menyajikan bagian kedua dari buku tersebut. Bagian kedua ini berbicara tentang keadilan Islam memandang laki-laki dan perempuan dilihat dari aspek spiritual. Semoga bermanfaat.  

Agar Masuk Surga Tanpa Hisab dan Tanpa Azab

Agar  Masuk Surga Tanpa  Hisab dan Tanpa  Azab
Sobat…..

       Setiap orang pasti ingin masuk surga. Siapapun dia. Muslim maupun kafir. Namun  Allah sudah menetapkan bahwa  hanya muslim sajalah yang masuk surga. Orang yang ingkar terhadap ketuhanan Allah tidak berhak memasukinya. Itulah nikmat terbesar bagi kita selaku orang-orang yang Allah tetapkan menjadi insan beriman. Semoga kita bisa menjaga iman ini dalam dada kita hingga akhir hayat. Amiinnn.

Sobat....


     Sudah jelas alamat orang yang ketika menghembuskan nafas terakhir iman masih menancap kuat di dadanya, yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan. Namun yang  perlu diperhatikan adalah, tidak semua orang beriman langsung masuk surga.  Tergantung amalannya masing-masing. Ada yang dicebur  terlebih dahulu di neraka selama bertahun-tahun bahkan bermilyar-milyar tahun. Setelah seluruh tubuhnya gosong menghitam dan jalannya tertatih-tatih, baru dipindah ke surga. Ada juga yang masuk surga tapa "mencicipi" siksa neraka setelah dihisab (dihitung amalannya), ternyata amalan baik lebih banyak dari amalan jahat.

Mengenali Seluk Beluk Liberalisasi Pemikiran Islam

Oleh: Luqman Hakim

                                             
Judul : Liberalisasi Pemikiran Islam (Gerakan bersama 
Missionaris, Orientalis, dan Kolonialis)

Penulis : Dr. Hamid Fahmy Zarkasy

Penerbit : CIOS-ISID-Gontor

Cetakan : Pertama Agutus 2008

ISBN : 970-16650-3-6

Tebal : x + 316 halaman


        Akhir-akhir ini umat Islam di Indonesia dikejutkan dengan berbagai lontaran gagasan para pengusung paham sepilis (sekularisme, pluralism, dan liberalisme) yang terasa asing di telinga. Sebutlah misalnya, gagasan yang menyatakan bahwa lesbian dan homoseksual merupakan fitrah; dan oleh karenanya tidak benar kalau keduanya dikatakan perilaku menyimpang. 

       Gagasan lain yang seringkali mereka lontarkan adalah, semua agama yang ada di dunia sama saja. Tuhannya pun sama, hanya namanya saja yang berbeda. Lebih jauh lagi, mereka punya anggapan (bahkan keyakinan) bahwa di surga nanti akan ada umat Islam, umat Kristen, umat Hindu, dan para penganut agama yang lain. Mereka semua hidup bahagia di surga. Dan masih banyak gagasan-gagasan “aneh” lain yang tak pernah ada sebelumnya.

      Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, mengapa gagasan-gagasan tersebut bisa muncul? Dan, kenapa paham-paham yang merusak sendi-sendi agama Islam tersebut bisa masuk ke dalam pemikiran Umat Islam?

     Dalam buku berjudul “Liberalisasi Pemikiran Islam” yang ditulis oleh Dr. Hamid Fahmi Zarkasy, diungkap dengan rinci mengapa paham-paham yang merusak akidah umat tersebut bisa masuk ke dunia Islam dan siapa yang “mengekspornya”.

Buku ini “Bernama” Gender Equity in Islam

      Dewasa ini, paham yang menuntut kesetaraan gender, feminisme, telah merambat ke dunia Islam. Padahal, awalnya ia hanyalah produk Barat yang lahir disebabkan kondisi sosial di sana yang mendiskreditkan perempuan. 

      Di Barat, sebelum abad 19 para perempuan masih tertindas. Ketika ada pertemuan di gereja, misalnya, perempuan dilarang berbicara. Kalau mereka mau bertanya, disarankan bertanya kepada suaminya di rumah. Mereka juga tidak punya hak suara dalam pemilihan umum. 

    Selain itu, ada anggapan bahwa perempuan itu adalah makhluk yang tidak rasional. Bahkan, ada yang ragu apakah perempuan itu manusia atau bukan. Uniknya, perlakuan Barat semacam ini didasarkan pada kitab suci mereka (bible). 

     Para wanita di Barat kemudian protes terhadap perlakuan ini. Mereka tidak terima. Kemudian, lahirlah gerakan feminisme di Barat yang menuntut kesetaraan dengan kaum laki-laki. Mereka tidak mau lagi ditindas dan dinomorduakan.

Ketika Rasa Sakit Menyapa

Ketika  Rasa Sakit  Menyapa
Sobat…..

     Apa yang akan kita lakukan ketika rasa sakit menerpa? Berdiam diri dan menunggu sampai sembuh, pergi ke rumah sakit, menemui dukun, atau apa?

Sobat….

     Dalam agama Islam, kita diperintahkan untuk berupaya dan berupaya agar kita bisa kembali sembuh. Ya, kita diperintahkan. Kita bisa pergi ke rumah sakit, atau membeli obat di toko terdekat. Semua itu adalah bentuk usaha kita.

     Namun ada satu hal yang tidak boleh lepas dari itu semua. Yaitu, kita haruslah tetap yakin bahwa sang penyembuh adalah Allah. Bukan dokter dan juga bukan obat yang menyembuhkan kita, melainkan Allah. Sekali lagi, Allahlah sang penyembuh. Dialah As-syafii, Yang Maha Menyembuhkan. Kita harus yakin itu.

Meneropong Sejarah Keagamaan Perempuan di Amerika

 
 Oleh: Luqman Hakim

     





Judul                   : Women, Gender, and Religion in
                                the Early Americas

Pengarang           : Janet Moore Lindman

Penerbit               : Blackwell Publishing Ltd

Tahun terbit       : 2010






        Timbulnya gerakan feminisme di Barat menarik untuk dikaji. Gerakan ini lahir dari ketertindasan kaum perempuan di Barat yang masih terjadi sampai abad 19. Mereka menuntut kesetaraan gender, yang menurut mereka selama ini terdapat ketidakadilan. Uniknya, mereka menganggap penyebab ketertindasan mereka berasal dari konsep agama mereka sendiri yang patriarkis. Maka tidak mengherankan jika kaum feminis menjadi “penentang” utama ajaran agama mereka. Dan parahnya, gerakan ini kemudian “diekspor” ke dunia Timur, termasuk ke dunia Islam. Maka kemudian, banyak orang-orang Islam sendiri yang kemudian ikut-ikutan “menentang” ajaran agama Islam. Tentunya ini membahayakan. 

    Oleh karena itulah, penting kiranya kita mengetahui sejarah lahirnya gerakan feminism di Barat dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya.
--> Dengan mengetahui seluk-beluk perjalanan gerakan ini, kita bisa mengetahui secara lebih luas tentang dunia feminisme, sehingga kita bisa merespon dengan baik isu-isu feminisme di dunia Islam.

    Untuk mengetahui banyak hal tentang dunia feminisme di Barat; kita bisa membaca karya-karya mereka yang telah dipublikasikan dalam bentuk makalah, jurnal, buku, skripsi, tesis, disertasi, atau karya ilmiah lainnya.

Allah Maha Kuasa

Allah Maha Kuasa
      Alhamdulillah sobat…..saya masih sempat untuk memposting lanjutan terjemahan dari kitab Silsilatul Adab. Awalnya saya sempat khawatir tidak bisa melanjutkan postingan untuk hari ini karena ada hal lain yang harus dilakukan. Tapi Alhamdulillah, ternyata Allah memudahkan urusanku. 

   Baiklah, tulisan di bawah ini merupakan terjemahan dalam sub judul Allaahu Maalik (Allah Maha Kuasa). Semoga bermanfaat.


Allah Maha Kuasa

      Tatkala kaum muslimin telah menaklukkan Mesir dengan kepemimpinan ‘Amru bin ‘Ash, yaitu setelah beberapa lama, air sungai nil berkurang.

      Maka orang-orang Mesir mendatangi ‘Amr bin ‘Ash untuk meminta izin mengerjakan tradisi tahunan mereka (tradisi yang mereka lakukan ini ialah dengan menghadirkan gadis cantik, lalu dipakaikan pakaian terbaik kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke sungai nil).


    

Sikap Sahabiyah ketika Ayat Hijab Turun

Sikap  Sahabiyah ketika Ayat Hijab Turun
Sobat…..

     Para sahabat adalah contoh utama setelah Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah figur-figur yang memiliki banyak sumber hikmah untuk kita teladani.

      Tulisan di bawah ini adalah sebuah contoh, di mana para wanita di zaman rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam memiliki ketaatan yang tinggi terhadap perintah Allah subhaanahu wata’alaa. Mereka membenarkan kitab Al-Quran dengan sebenar-benarnya. Keimanan mereka luar biasa. Ketika datang ayat tentang hijab kepada mereka, maka mereka pun segera mencari kain untuk menghijabi tubuh mereka sesuai dengan perintah Allah subhaanahu wata’alaa. Mereka tak banyak tanya dan tak banyak beralasan. 

      Baiklah, inilah sebuah hadits yang menceritakan hal tersebut. Tulisan ini merupakan terjemahan dari kitab “Silsilatul Adab” pada bab “Adab kepada Allah” dengan sub judul “Tasdiiqul Kitab (membenarkan kitab)”. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amiin.

Takwa Kepada Allah

Takwa Kepada Allah
Sobat…

Di bawah ini adalah postingan ke-7 dari label “Kitab Silsilatul Adab”. Tulisan ini merupakan terjemahan dari kitab Silsilatul Adab pada bagian pertama (Adab kepada Allah) pada sub judul Takwallah (takwa kepada Allah) di halaman 5. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran berharga dari tulisan ini. Amiin.




Takwa Kepada Allah

           Suatu ketika ada 3 orang laki-laki yang masuk gua untuk menginap di sana. Tiba-tiba, ada batu besar yang jatuh dari atas gunung dan menutupi pintu gua. Mereka pun berusaha mendorong batu itu agar bisa bergeser sehingga mereka bisa keluar dari gua itu. Namun usaha mereka sia-sia karena batu besar itu tak bergeser sedikitpun. 

Kalam (Firman) Allah

Kalam (Firman)  Allah
         Alhamdulillah sobat, tak terasa tulisan yang saya posting di label “Kitab Silsilatul Adab” ini sudah ada 6 tulisan (postingan). Tulisan ini merupakan postingan yang ke-7. Semoga saya istiqomah menulis di sini. 

       Sebagaimana saya tuliskan di postingan pertama pada label “Kitab Silsilatul adab", yaitu tulisan berjudul: “Sobat…ini Tentang Mimpi”, yang inti tulisan tersebut adalah saya punya impian untuk menjadi penerjemah, maka dalam tulisan ini saya akan menegaskan bahwa saya akan berusaha konsisten untuk mencapainya. Saya akan upayakan menerjemah sedikit demi sedikit. Sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Perlahan-lahan namun pasti. IsyaAllah Allah akan menolong. InsyaAllah saya akan benar-benar menjadi penerjemah.

         Baiklah, tulisan bercetak tebal di bawah ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Kitab. Tulisan ini merupakan sub judul dari bab “Adab Kepada Allah” yang ditulis oleh Abdul Aziz Sayyid hasyim. Semoga bermanfaat, dan semoga tulisan ini akan mengantarkan saya untuk menjadi penerjemah. Amiiiiin.

Janji Allah

Janji Allah
Sobat….

   Mati syahid adalah dambaan setiap insan yang beriman. Banyak kemuliaan yang didapatkan dengan mati syahid. Namun untuk meraihnya tidaklah semudah membalikkan tangan. Ia harus rela mengorbankan hal yang paling dicintai dalam hidupnya, yaitu nyawa. 

         Adalah sahabat nabi Anas bin Nadhar yang Allah takdirkan mendapatkankemuliaan tersebut. Bahkan, kematiannya menjadi asbabun nuzul diturunkannya surat al-Ahzab ayat 23. 

       Berikut kisahnya yang saya nukilkan dari kitab Silsilatul Adab pada halaman 4 dalam sub judul “’Ahdullah”, “Janji Allah”. Semoga bermanfaat. Amiin.


Janji Allah

      Sahabat nabi yang mulia, Anas bin an-Nadhar tidak ikut serta dalam perang badar. Ia pun berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, saya Aku tidak sempat bergabung dalam peperangan pertama melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah memberi kesempatan kepadaku untuk melawan orang-orang musyrik, tentu Allah Maha Melihat apa yang aku perbuat dalam perang itu”.

Meneladani Tiga “ Tokoh Idul Adha”

Meneladani Tiga “ Tokoh Idul Adha”
Oleh: Luqman Hakim
  
   Takbir, tahmid, dan tahlil menggema di segala penjuru. Pada Ahad 6 November 2011 kemarin, umat muslim di berbagai dunia bersuka cita merayakan salah satu hari raya mereka, yaitu idul adha. 

     Berbicara hari raya idul adha, kita diingatkan pada tiga sosok penting dalam sejarah manusia. Mereka adalah nabi Ibrahim, siti hajar, dan nabi Ismail. Tidak berlebihan kiranya kalau kita hendaknya mengharuskan diri berupaya meneladani mereka. Bagaimana bentuk nyata dalam proses meneladani tiga tokoh dunia ini?


Bukan Bapak Rasionalis


Sebelum membahas lebih dalam tentang bagaimana meneladani tiga “tokoh idul adha” tersebut, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu salah satu tokohnya, nabi Ibrahim. Ia pantas dijadikan sebagai teladan oleh kaum muslim, karena ia adalah bapak tauhid. Ia bukan bapak rasionalis sebagaimana dituduhkan sebagian cendekiawan. 

       Sebagian cendekiawan beranggapan bahwa dalam perjalanan mencari Tuhan, nabi Ibrahim mengembangkan metode rasional ilmiah. Maka mereka pun menyamakan sosok nabi Ibrahim dengan Rene Descartes, filosof Yunani yang diberi gelar bapak filsafat dan bapak rasionalis modern oleh para pengagumnya.

Menyucikan Allah

Menyucikan Allah
Sobat…..

Ketika ku menulis tulisan ini, tadi pagi ummat Islam di berbagai penjara dunia telah menunaikan sholat i’ed. Itu artinya, hari ini adalah hari raya untuk kaum muslimin. Dan, para jama’ah haji sedang menunaikan ibadah haji di Mekkah sana. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat idul adha 1432 H. Semoga pengorbanan dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amiin…

Sobat…

       Saya ingin melanjutkan terjemahan dari kitab “Silsilatul Adab” yang kali ini merupakan bagian pertama tentang “Kisah-kisah yang berhubungan dengan adab kepada Allah” dengan penulis Abdul Aziz Sayyid hasyim. 

      Kali ini sudah tiba pada sub judul yang ketiga yang berjudul Tanziihullah (Menyucikan Allah). Saya berharap kalau ada terjemahan yang keliru mohon dikoreksi dan bisa diinformasikan kepada saya. Saya sangat senang sekali. 

Imam Nawawi: Pemuda dengan Karya Mendunia

          Malam sudah larut. Banyak orang-orang yang telah terlelap merangkai mimpi. Namun, ada seorang pemuda yang masih terlihat menikmati bacaannya. Ketika rasa kantuk menyerang, ia sandarkan tubuh dan kepalanya pada buku sebentar, lalu terbangun kembali. Tanpa merebahkan punggungnya di tempat tidur, ia lalu meneruskan aktifitas yang menjadi hobinya, yaitu membaca. Begitu seterusnya, hingga ia menunaikan sholat tahajjud. 

         Lalu menjelang sholat subuh, ia meraih roti yang ia simpan dan memakannya sebagai sahur yang sekaligus menjadi makan malam serta makan siangnya. Ia sudah terbiasa berpuasa dan makan sekali dalam sehari semalam. 

           Kemudian pada keesokan harinya, ia semakin “gila” mengejar ilmu. Ia pelajari 12 cabang ilmu pada guru-gurunya. Tak sedikitpun waktunya yang tersia-sia. Bahkan ketika berjalan pun ia terus mengulang-ulang ilmu yang telah dihafalnya, atau membaca buku yang ditelaahnya.

Penampilan itu Penting

             Nasrudin adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah kepada Tuhan, tapi terkadang lupa mencari nafkah. Tentu saja istrinya marah.

       Istrinya berkata, “Baiklah, saya kira kamu sudah beribadah sekian lama. Sekarang kita tidak punya apapun untuk dimakan karena kamu tidak bekerja. Mintalah uang kepada Tuhan”.

        Nasrudin berpikir bahwa apa yang dikatakan istrinya ada benarnya. Kemudian ia pergi menuju pekarangan rumahnya dan berdoa agar Tuhan memberikannya uang. Ia berkata, “Wahai Tuhan, berilah saya 100 koin emas. Saya kira sudah selayaknya saya mendapatkannya karena saya sudah beribadah sekian lama”. Tetangga Nasrudin adalah laki-laki kaya yang pelit. Ia mendengar doa Nasrudin. Ia pergi ke pekarangan rumahnya dan melihat Nasrudin dari sana. Ia tersenyum karena ia berpikir bahwa apa yang dilakukan nasrudin merupakan tindakan tolol. Ia pun ingin mempermainkannya. Ia cepat-cepat pergi menuju rumahnya dan mengambil 100 koin perak. Lalu ia lempar 100 koin perak tersebut ke kepala Nasrudin.

Lalu di mana Allah?

Lalu  di mana  Allah?
Sobat……
          Pernahkah kita sendirian? Duduk merenung tanpa ditemani orang-orang terdekat kita. Tak ada orang yang mengajak ngobrol, dan tak ada orang yang duduk di samping kita. Kalau iya, apakah kita kesepian? Hm…saya koq yakin jawabannya pasti iya (ayo ngaku...ayo ngaku..). Padahal sobat, sebenarnya sampai kapanpun kita tidak akan pernah sendirian. Percaya nggak? Percaya nggak percaya, sebenarnya ada zat yang selalu mengawasi kita. Yup, Dia adalah Allah. Zat yang telah menciptakan  kita.
         Selain itu, masih ada lagi lho yang selalu melihat kita, yaitu malaikat Rokib dan Atid. Mereka setia mengikuti kita kemanapun kita pergi. Mereka tak bosan-bosannya mencatat amalan kita.
         Emm…sebenarnya masih ada satu lagi, yang selalu “mengintai” kita. Siapa lagi kalau bukan setan. Hiiiii….

Buah Ara untuk Raja

Buah Ara untuk Raja
            Ketika raja Timur Lenk menyerbu Turki, ia mendengar kabar tentang seorang laki-laki bernama Nasrudin Hoja yang tinggal di Akshehir. Ia pergi ke sana dan membangun tenda. Kemudian ia mengirim satu kompi tentara untuk mengundangnya pergi ke kemah tersebut.

            Akan tetapi Nasrudin berpikir bahwa raja ini akan membunuh setiap orang yang ia temui. Oleh karena itu, ia menolak undangan tersebut. Sang raja menyadari bahwa Nasrudin tidak ingin menemuinya. Kemudian ia mengirimkan satu batalyon tentara untuk memaksanya  pergi ke kemah.
            Nasrudin sangat takut. Ia berkata, “Baiklah, saya akan ke sana segera”.

Kehendak Allah

Kehendak Allah
               Alhamdulillah sobat….hari ini saya diberi kesempatan lagi oleh Allah untuk menuliskan hasil terjemahan kitab “silsilatul kitab” di blog tercinta ini. Semoga saya bisa lebih sering menerjemahkan. Amiin..yaa Robbal ‘alamiin…


            Kalau kemarin saya telah menerjemahkan “pendahuluan” dari tulisan Abdul Aziz Sayyid hasyim dengan judul “Qoshosu Aadaabillaah (قصص آداب الله)” kali ini yang akan saya terjemahkan adalah satu sub-judul tentang معيشة الله  (Kehendak Allah). Berikut ini adalah hasil terjemahannya:

Kehendak Allah
  


        Telah datang seorang laki-laki ke hadapan Rasulullah Sallallaahu’alaihi wasallam. Ia membicarakan banyak hal dengan Rasulullah Sallallaahu’alaihi wasallam. Kemudian di tengah pembicaraannya, laki-laki ini berkata: “Ini atas kehendak Allah dan kehendak engkau”

KEMI: Novel yang "Mengobrak-abrik" Kaum Sepilis

Oleh: Luqman Hakim
                                      

Judul : KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat

Pengarang : Dr. Adian Husaini

Penerbit : Gema Insani Press (GIP)

Cetakan : Pertama Oktober 2010

ISBN : 978-979-077-220-5

Tebal Halaman : 316 Halaman



          Ide liberalisasi Pemikiran Islam di Indonesia semakin gencar disosialisasikan. Hal itu bisa dilihat dari sepak terjang yang dilakukan oleh para “tokoh-tokoh” pengusung ide ini. Ulil Abshor, misalnya, seringkali menulis “gagasan liarnya” di beberapa Koran nasional seperti Kompas, Jawa Pos dan lain-lain. Selain itu, para “penganut” paham ini yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) tak bosan-bosannya menuliskan ide liar mereka di situs islamlib.com. Belum lagi buku-buku, jurnal, bahkan skrispsi/tesis/disertasi bernuansa liberal bermunculan dari kampus-kampus perguruan tinggi Islam semisal Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Islam (UIN) kalijaga Yogyakarta, ataupun perguruan tinggi yang lain.

      Dalam menyampaikan gagasannya, mereka seringkali menggunakan kata-kata yang memukau dan bisa menjadikan pembaca awam mengangguk-angguk tanpa sadar membenarkan tulisan mereka.   Kalau menurut Al-Quran surah al-An’am ayat 112, apa yang mereka lakukan termasuk kategori “Zukhrufal qauli ghuruuro”, kata-kata yang indah dengan tujuan menipu.

Nasehat yang Baik

Nasehat yang Baik
       Nasrudin adalah laki-laki miskim yang tinggal di rumah yang jelek. Suatu hari istrinya meminta uang untuk membeli beras dan sayur-sayuran. Tapi ia tidak memiliki uang sama sekali. 

      Akhirnya ia mengambil satu karung yang besar dan panjang dan pergi ke pasar. Ia ingin menjadi seorang buruh. 

      Di pasar ia melihat sekolompok penjual barang-barang pecah belah (tembikar). Nasrudin mendekati salah seorang dari mereka dan menawarkan jasa untuk membawakan barang-barangnya.

       “Saya memiliki keranjang besar yang penuh dengan mangkok dan cangkir. Jika kamu membantu saya membawakannya ke rumah saya akan memberimu tiga nasehat terbaik”, kata penjual tersebut.

Memulai Upaya Wujudkan Mimpi

Memulai Upaya Wujudkan  Mimpi
       Sobat…….

      Dua bulan lalu, yaitu tepatnya tanggal 25 Agustus 2011, saya pernah menulis di blog ini dengan judul : “Sobat…Ini Tentang Mimpi”. Dalam tulisan tersebut saya berusaha menyemangati diri untuk meraih mimpi saya, yaitu menjadi penerjemah. Dan, sebagai upaya nyata yang akan saya lakukan adalah menerjemahkan kitab “Silsilatul kitab”. Dalam proses penerjemahan ini saya rencananya akan menulis sedikit demi sedikit, dan hasil terjemahan tersebut akan saya posting di blog ini. Itulah inti tulisan saya waktu itu.

         Namun seiring waktu, ternyata harapan dan rencana tersebut tak kunjung terlaksana. Banyak hal yang membuat diri ini “menyerah” pada keadaan sehingga upaya yang nyata yang hendak dilakukan tak kunjung terpenuhi. 

        Dua bulan. Ya, dua bulan. Tepatnya dua bulan lebih 8 hari terhitung sejak tanggal 25 Agustus 2011 sampai hari ini. Saya tak kunjung melaksanakan apa yang saya rencanakan. Tentu ini bukanlah waktu yang singkat. 

      Namun,
-->saya tetap berusaha untuk optimis. Dan, sebagai bukti usaha  tersebut, sekarang saya akan poting hasil terjemahan yang sangat sedikit. Sedikit tak mengapa. Yang penting ada upaya yang dilakukan. Kalau istiqomah, dari yang sedikit akan menjadi banyak, akan menjadi bukit.  Dan, akan menebar selaksa manfaat. InsyaAllah.
    Sebagaimana saya jelaskan dalam tulisan terdahulu, bahwa kitab “Silsilatul Adab ini terdiri dari beberapa bagian yang ditulis oleh ulama yang berbeda. Nah, hasil terjemahan di bawah ini adalah pendahuluan dari bagian kitab yang pertama. Bagian yang pertama ini berjudul “Qoshosu Aadaabillaah (قصص آداب الله)”. Artinya adalah cerita-cerita berkaitan dengan adab kepada Allah. Adapun penyusun bagian pertama dari kitab ini adalah Abdul Aziz Sayyid hasyim.  Saya berharap, apabila sobat sekalian menemukan ada kejanggalan dan kesalahan terjemahan, mohon kalau berkenan bisa menegur dan mengoreksi. Saya akan sangat berterima kasih.
    Baiklah, inilah hasil terjemahan saya yang berupa pendahuluan. Semoga bermanfaat.

Pendahuluan

            Allah SWT telah menciptakan kita dan memberikan kita nikmat yang teramat agung dan tak terhitung. Ia mengetahui semua gerak-gerik kita. Ia senantiasa mendengar apa yang kita bicarakan dan melihat apa yang kita perbuat. Ia juga mengetahui apa yang kita sembunyikan dan kita rahasiakan. Ia Maha Lembut terhadap kita dan maha Penyayang terhadap semua ciptaan-Nya. Ia juga Maha Suci lagi Maha Kuat dan memiliki siksa yang pedih. Ia menghitung semua amalan makhluq-Nya dan memberikan pembalasan atas   apa yang mereka  kerjakan.
     Dan kewajiban kita terhadap Allah adalah memilki adab yang baik terhadap-Nya. Seperti selalu melaksanakan ibadah dengan ikhlas, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya yang sangat banyak dan segala karunianya yang teramat agung, malu kepada-Nya untuk bermaksiat, menaati semua perintah-Nya, bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya, memperbaiki tawakkal dan kepasrahan atas-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
     Dan di bawah ini adalah sebagian dari adab-adab yang akan menjadi hiasan bagi seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT.


Ponorogo, 2 November 2011





Besok adalah Hari Kiamat

Besok adalah Hari Kiamat
         Suatu hari beberapa anak datang menemui Nasrudin dan berkata, “Om, kambingmu sangat gemuk dan sehat. Bagaimana jika kita sembelih dan kita adakan pesta besok”.
              Nasrudin sayang kepada kambingnya. Ia tidak menuruti kemauan anak-anak itu untuk menyembelih kambing tersebut. Tapi, ia juga tidak mau mengecewakan mereka.
Ia berkata, “Jangan dulu, kambing itu belum cukup gemuk untuk disembelih. Tunggulah beberapa bulan lagi. Kambingnya akan sangat gemuk dan lezat”.
           Anak-anak tersebut tidak mau beranjak. Salah satu dari mereka berusaha mempengaruhi Narudin. “Om, Tidakkah kamu mendengar bahwa dua hari lagi adalah hari kiamat. Kambing itu tidak akan lebih gemuk pada hari itu. Mustahil untuk menjaga kambing itu”.
            Nasrudin sangat jengkel dengan alasan anak-anak tersebut. Ia kemudian berkata, “Baiklah, besok kita bertamasya dan mengadakan pesta bersama-sama”. Anak-anak itu pun bersorak gembira.
     Keesokan  paginya, Nasrudin dan anak-anak itu pergi bertamasya. Sesudah berjalan cukup lama, mereka menuju suatu tempat yang dekat dengan sungai. Anak-anak itu membujuk Nasrudin untuk segera menyembelih kambingnya. Nasrudin kemudian melakukan apa yang anak-anak itu inginkan.