Bersenda gurau dengan Anak kecil

Bersenda gurau dengan Anak kecil
Nabi Muhammad Saw adalah  orang yang sangat tawadhu' serta sangat mencintai sahabat-sahabatnya. Beliau mengunjungi mereka serta bertanya tentang keadaan mereka.
Beliau juga suka bersenda gurau dengan anak-anak mereka sebegai bentuk rasa cinta dan kasih sayangnya. Hal itu dalam rangka semakin menyatukan hati mereka serta menyebarkan rasa cinta dan kegembiraan di antara mereka.

Salah satu sahabat yang beliau kunjungi adalah Abu Thalhah RA yang memiliki istri bernama Rumaisha' RA dan seorang puteranya, Anas bin Malik RA.

Anas memiliki adik yang bernama "Abu 'Umair". Nabi Muhammad Saw mencintainya dan suka bersenda gurau dengannya.

Mengunjungi Anak

Mengunjungi Anak
Nabi Isma'il As menikahi seorang wanita dari kabilah Jurhum. Ayahnya, nabi Ibrahim As datang mengunjunginya untuk mengetahui keadaannya. Akan tetapi, nabi Ibrahim tidak mendapati puteranya di rumah. Beliau pun bertanya tentang  keadaan mereka kepada istrinya. 

Istri nabi Ismail mengeluh kepada nabi Ibrahim terkait kesulitan hidup serta kemiskinan mereka. Beliau pun mengatakan kepada perempuan tersebut, "Jika suamimu datang, sampaikan salam saya dan katakan kepadanya agar mengganti daun pintunya".

Tatkala nabi Ismail As pulang, istrinya menyampaikan pesan tersebut. Nabi Ismail berkata, "Itu adalah ayah saya. Dia telah menyuruh saya agar menceraikanmu".

Menghibur Keluarga yang Ditimpa Musibah

Menghibur Keluarga yang Ditimpa Musibah

Nabi Saw mengutus tentara ke Mu'tah, yang berbatasan dengan negeri Syam, untuk berperang dengan tentara Romawi. Jumlah tentara Romawi lebih banyak daripada tentara kaum muslimin. Akan tetapi, kaum muslimin tidak takut menghadapi mereka.

Tatkala perang berlangsung, banyak tentara kaum muslimin yang mati syahid.  Salah satu tentara yang syahid adalah Ja'far bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah Saw. Tatkala nabi mengetahui bahwa Ja'far telah mati syahid, beliau mengunjungi rumah Ja'far untuk menghibur istri dan anak-anaknya.

Kabar gembira untuk Si Sakit

Kabar gembira untuk Si Sakit
Nabi Saw memerintahkan para sahabat  jika mengunjungi orang-orang yang sakit hendaknya memberikan kabar gembira serta menyebutkan hal-hal yang baik agar perasaan si sakit tenang dan kembali semangat.

Pada suatu hari, salah satu sahabat Rasulullah Saw mengunjungi temannya  agar hatinya tenang.  Di tengah perjalanan, ia mendapatkan kabar bahwa temannya itu sakit. Maka ia pun mengubah niatnya menjadi mengunjungi orang sakit.

Tatkala ia bertemu dengan temannya ini, ia berkata, "Saya datang menemuimu dalam rangka bersilaturrahim, mengunjungi orang sakit, dan memberi kabar gembira".

Tetap Bersilaturrahim Walau Diacuhkan

Tetap Bersilaturrahim Walau Diacuhkan
Rasulullah Saw adalah orang yang suka bersilaturrahim. Beliau juga memerintahkan para sahabat untuk melakukan amalan mulia ini. 

Beliau bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia bersilaturrahim" (HR. Muttafaqun 'alaih)

Ada salah seorang sahabat Rasul yang mengamalkan perintah ini. Ia mengunjungi kerabat dekatnya. Ia hendak menyambung siaturrahim dengan mereka. Akan tetapi, mereka tidak  mengunjunginya serta tidak  bermuamalah dengan baik dengannya. 

Ia pun marah dan menemui Rasul untuk mengadukan hal itu. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat dekat. Saya menyambung silaturrahim dengan mereka, tapi mereka memutusnya (yaitu tidak balik mengunjunginya), saya berbuat baik kepada mereka tapi mereka membalas dengan kejelekan, saya berlemah lembut dengan mereka tapi mereka membalas dengan sikap kasar.

Mengunjungi Orang-orang yang Dicintai

Mengunjungi Orang-orang yang Dicintai

Melanggengkan tali silaturrahim dan kasih sayang di antara manusia merupakan salah satu perkara yang paling penting dan agung di sisi Allah. Hal itu dikuatkan dengan banyaknya manusia yang saling bersilaturrahim satu sama lainnya. Di mana kegiatan ini akan menambah rasa cinta di antara mereka serta mendapat pahala yang agung dari Allah Swt.

Di suatu tempat terdapat laki-laki yang memiliki teman jauh dari desanya. Pada suatu hari, ia  keluar hendak mengunjungi temannya. Di tengah jalan, malaikat yang menyamar menjadi seorang laki-laki menemuinya. Ketika malaikat itu sudah dekat dengannya, ia bertanya, “Kamu mau ke mana?”

Tidak Menjadi Imam saat Berkunjung

Tidak Menjadi Imam saat Berkunjung


Nabi Saw sangat memperhatikan hak seorang muslim. Di antara hak seorang laki-laki dalam Islam adalah menjadi tuan di rumahnya. Ia penguasa tunggal dalam urusannya. Tidak  seorang pun bisa masuk ke dalam rumah tanpa izinnya. Tidak boleh seorang pun duduk di atas kasurnya kecuali dengan izinnya. Tidak boleh seorang pun shalat di rumahnya kecuali dia mengizinkan. Dan nabi Saw telah mengajarkan hal itu kepada para sahabat.

Malik bin Huwairis adalah salah satu sahabat Rasululllah Saw.

Menjamu Semampunya

Menjamu Semampunya
Nabi Saw tidak memaksa sahabatnya terhadap apa-apa yang mereka tidak mampu. Hal itu sebagai pengamalan dari firman Allah SWT, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (Al-Baqarah: 286)

Jabir bin Abdillah RA adalah seorang laki-laki mulia lagi dermawan. Ia memuliakan setiap tamunya dan suka mengajak orang lain berkunjung ke rumahnya.

Pada suatu hari, beberapa orang berkunjung ke rumah Jabir dalam rangka silaturrahim. Pada waktu itu ia tidak mempersiapkan makanan untuk mereka, karena kunjungan itu tak disangkanya. Ia pun menyambut mereka dan mempersilahkan mereka masuk.

Tidak Berlama-lama Saat Berkunjung

Tidak Berlama-lama Saat Berkunjung
Ketika Rasulullah Saw menikahi Zainab binti Jahsyin RA beliau membuat banyak makanan saat walimahan. Beliau mengundang para sahabat untuk menikmati makanan tersebut. Maka banyak para sahabat yang mendatangi rumah beliau untuk memenuhi undangan Rasul. 

Usai makan, mereka semua pulang ke rumahnya masing-masing kecuali 3 orang laki-laki. Mereka masih duduk dan berbincang-bincang di kamar nabi. 

Tatkala nabi hendak masuk ke kamar, mereka masih ada di sana. Nabi pun keluar. Setelah beberapa lama, beliau mau masuk kembali. Tapi ternyata mereka masih ada di sana. Beliau pun kembali keluar.

Mengucapkan Salam Sebanyak 3 kali

Mengucapkan Salam Sebanyak 3 kali
Amirul Mu'minin Umar bin Khattab RA mengirim surat kepada Musa Al-Asy'ari RA agar ia datang menemuinya.

Setelah sekian waktu, Abu Musa pergi ke rumah Umar. Tatkala ia sampai di rumah Umar, dia berdiri di depan pintu rumah. Ia mengucapkan salam sebanyak 3 kali. Karena tidak ada seorang pun yang mengizinkannya masuk, ia pun kembali.

Di tengah perjalanannya saat hendak pulang, ia bertemu Abu Sa'id Al-Khudri RA yang sedang duduk-duduk bersama sebagian kaum Anshor. Ia pun ikut duduk bersama mereka.

Cara Meminta Izin

Cara Meminta Izin
Nabi Saw mengajarkan para sahabat beliau adab-adab dalam meminta izin. Hal itu merupakan pelaksaan dari perintah Allah SWT.

Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, "Kembalilah!" Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. An-Nur: 27-28)

Adab-adab dalam Berkunjung

Adab-adab dalam Berkunjung

Berkunjung ke tempat orang lain merupakan perkara yang wajib dilakukan oleh setiap muslim,  ketika terdapat peristiwa yang menyenangkan atau menyedihkan.

Rasulullah Saw bersabda,”Permisalan orang-orang yang beriman dalam kasih sayang, saling mencintai, dan saling menaruh simpati adalah seperti tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan” (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Hadiah

Hadiah

Pada suatu hari, dua laki-laki pergi dari Syam menuju Madinah. Mereka berdua bertanya kepada orang-orang di mana Salman Al-Farisi RA berada. Setelah mereka bertemu dengan Salman, mereka berkata, “Kami datang menemui karena saudaramu yang ada di Syam.

Salman bertanya, “Siapa dia?”

Mereka menjawab, “Abu Darda’ RA”.

Salman berkata, “Mana hadiah yang ia kirim melalui kalian?”