Pada suatu hari, Abu Hurairah RA ingin keluar rumah untuk melakukan suatu
keperluan. Ia kemudian memanggil anaknya dan minta tolong kepadanya agar
menyiapkan keledai yang akan ditumpanginya.
Anaknya pun segera menyiapkan keledai kepada Abu Hurairah. Ia juga
meletakkan pelana di atas keledai tersebut. Maka Abu Hurairah RA mengendarai
keledainya dan meminta anaknya ikut naik bersama di belakangnya agar bisa pergi
bersama-sama untuk menunaikan keperluannya. Anaknya pun nurut, ia naik keledai
di belakang Abu Hurairah RA.
Di tengah perjalanan, seorang laki-laki yang berpapasan dengan Abu Hurairah
RA keheranan melihat seorang anak ikut naik keledai di belakangnya. Ia pun
berkata, “Seandainya engkau menurunkan anak ini, lalu membiarkannya berjalan di
belakang keledaimu, sungguh hal itu lebih baik bagimu”.
Abu Hurairah RA berkata, “Sungguh dua ikat kayu bakar yang membakarku lebih
aku sukai daripada anakku berjalan di belakangku sementara aku naik keledai”
NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada bab “Adab dalam Perjalanan
” dengan sub judul “Shahabiyyun wa Ghulaamuhu”
Surabaya, 1 Agustus 2018