Apa
mau, kita gitu-gitu aja...
Apa
mau, tak ada perubahan dalam diri kita...
Apa
mau menjadi seperti batu, diam tak bergerak...
Mumpung
masih muda...
Mumpung
masih sempat...
Mumpung
masih sehat...
Mumpung
masih ada harta...
Mumpung
masih hidup...
Sehingga,
seyogyanya kita memaksimalkan hidup ini...
Seharusnya
kita tak menyia-nyiakan apa yang telah Allah berikan...
Berterima
kasihlah kepada Allah...
Karena
Dia banyak memberikan karunia-Nya kepada kita...
Berterima
kasihlah dengan berprestasi...
Berterima
kasihlah dengan berkarya...
Impian
itu bisa diraih...
Cita-cita
itu bisa direngkuh...
Bukanlah
cita-cita yang terlalu besar...
Tapi
usaha kita yang terlalu kecil...
Hidup
ini adalah untuk mengabdi kepada Allah...
Hidup
ini adalah sarana untuk merah surga di akhirat...
Hidup
ini bukanlah hidup yang terakhir...
Hidup
ini adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya...
Hidup
ini harus tumbuh...
Kemampuan
diri harus meningkat...
Kualitas
hidup harus naik...
Take
action...
Beramal...
Bekerja...
Bergerak...
Adalah
syarat utama untuk meraih apa yang diinginkan...
Apakah
kita sering sedih? Kalau iya, berarti kita termasuk orang-orang yang durhaka
kepada Allah. Karena bersedih adalah larangan-Nya. Dan, setiap larangan Allah
harus kita tinggalkan. “Laa tahzan”, “Jangan bersedih”, demikianlah larangan
Allah dalam al-Quran. Pertanyaannya sekarang, apakah kita masih mau
mendurhakai-Nya dengan banyak bersedih?
Maksiat mata akan menyebabkan bodoh. Terbukti,
daya hafal Imam Syafi'i menjadi lemah ketika melihat aurat (betis) perempuan
bukan mahram. Akhir-akhir ini juga terdapat penelitian yang menyatakan bahwa
melihat gambar/video porno menyebabkan jutaan sel otak mati. Jadi
kesimpulannya, barangsiapa ingin bertambah bodoh, perbanyaklah melakukan
maksiat mata.
Hidup harus terus bertumbuh. Kalau tak ada
pertumbuhan, berarti tanda tak hidup. Yang harus bertumbuh tidak hanya usia dan
raga, tapi juga keahlian dan prestasi. Jadi kalau keahlian dan prestasi tak
ikut tumbuh, hidup kita patut dipersoalkan.
Kalau suka meminta kepada manusia, kita akan
dicap sebagai orang hina. Namun kalau rajin meminta kepada Allah, kita akan
menjadi orang mulia. Justru, kalau dalam keseharian kita jarang meminta
(berdoa) kepada Allah maka kita dikategorikan sebagai orang sombong. Pada hari
ini, sudah berapa doa yang kita panjatkan?
Pencipta kita adalah Allah, bukan hawa nafsu.
Penguasa alam adalah Allah, bukan hawa nafsu. Yang berhak disembah hanyalah
Allah, bukan hawa nafsu. Tapi kita sering mempertuhankan hawa nafsu. Taat
kepada hawa nafsu. Tunduk kepada hawa nafsu. Sementara perintah dan larangan
Allah kita abaikan.
Kalau bersumber dari hati, segala sesuatu akan
bernilai besar dan memiliki pengaruh luar biasa. Kalau tidak, maka hanya
kehancuran yang akan menimpa.
Pertanyaan sederhana yang cukup menyentak, apa
manfaat yang sudah kita berikan pada orang lain pada hari ini?
Kalau mau menjadi orang baik, hendaknya
berkumpul dengan orang baik. Kalau mau menjadi orang sukses, hendaknya
berkumpul dengan orang sukses. Kita adalah siapa teman kita.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan
persoalan besar layaknya permasalahan kecil. Ia tidak takut walau berbagai
permasalahan menyerbu dari segala arah. Ia tetap tenang seperti tenangnya air
danau. Ia punya keyakinan, bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah kecil,
kecuali Allah. Allah-lah yang Maha Besar, yang lain kecil.
Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi
rutin, daripada banyak tapi tersendat-sendat.
Sungguh celaka orang yang tidak mengenal jati
dirinya...
Sungguh sengsara orang yang tak mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri...
Sungguh binasa orang yang dihancurkan dan diombang-ambingkan nafsu jahatnya sendiri...
Sungguh celaka, sengsara, dan binasa orang yang tak mampu menaklukkan dirinya sendiri...
Sungguh sengsara orang yang tak mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri...
Sungguh binasa orang yang dihancurkan dan diombang-ambingkan nafsu jahatnya sendiri...
Sungguh celaka, sengsara, dan binasa orang yang tak mampu menaklukkan dirinya sendiri...
NB:
Goresan Hikmah ke-9 ini saya ambil dari coretan sederhana di buku diary yang
dimulai 7 Maret 2014 sampai 28 September 2014 dan juga dari status FB saya
mulai tanggal 8 Mei 2014 sampai 5 September 2014. Semoga bermanfaat J
0 Response to "Goresan Hikmah Part 9"
Posting Komentar
Jangan lupa komen di sini ya :-)