Hidup
ini penuh dengan dinamika...
Kita
harus pandai dalam mengarunginya...
Masa
depan kita cerah atau gelap, kita yang menentukan...
Bukan
orang lain...
Mungkin hasil dan nilai kita pada hari ini
lebih jelek daripada kemarin...
Namun
setidaknya, semangat dan upaya kita sudah lebih baik...
Kitalah
yang harus mempengaruhi orang lain dalam kebaikan...
Jangan sampai kita yang dipengaruhi dengan kejelekan...
Jangan sampai kita yang dipengaruhi dengan kejelekan...
Hidup
adalah peperangan...
Berperang
melawan setan dan hawa nafsu yang jahat...
Masa
depan adalah detik-detik menjelang kematian dan masa setelah kematian. Manusia terbaik
adalah yang selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.
Sering-seringlah
mengucapkan kalimat afirmasi positif...
Maka
semangat akan terbit di hati...
Rumus
sukses: “Munculkan kegelisahan dalam diri”...
Hidup
di dunia Cuma sebentar. Maka maksimalkanlah hidup ini. Berilah yang terbaik.
Buatlah yang terbaik.
Selagi
masih ada Allah, harapan masih terbuka lebar. Dan ingatlah, Allah selalu ada.
Dia tidak pernah tidur dan lalai. Dia Maha Mampu Atas Segala Apapun.
Kita
tidak perlu malu dan takut melakukan kebaikan...
Kita
memang perlu menjaga diri dari riya’ dan sombong...
Tapi
bukan berarti kita harus menyembunyikan kebenaran...
Bukan
berarti kita dilarang menyebarkan kebaikan...
Hidup
hanya sekali di dunia...
Jangan
sampai tidak dinikmati...
Nikmatilah
hidup ini, walau dalam kondisi apapun...
Jangan
bersedih atas satu atau dua hal yang tidak dipunyai...
Tapi
berbahagialah karena ada jutaan hal yang masih dimiliki...
Kita
harus berani menghancurkan kebiasaan jelek yang masih menghinggapi diri...
Kalau
tidak, ia yang akan menghancurkan kita...
Berikanlah
yang terbaik. Bisa jadi apa yang kita lakukan sekarang adalah yang terakhir...
Gedung
pencakar langit dimulai pembangunannya dari sebuah batu kecil. Seorang profesor
memulai karirnya dengan menghafal angka 1 dan belajar menulis huruf “a”. Jadi
kita tak perlu khawatir memulai dari yang terkecil.
Hal
apapun dalam hidup ini butuh pengorbanan dan perjuangan. Dalam hal apapun...
Tetap
tersenyum dan bahagia ketika datang ujian Allah, merupakan sikap yang paling
tepat...
Masa
depan kita memang masih misteri. Namun, kita masih bisa merancang dan berupaya
agar masa depan kita berwarna cerah dan menarik. Kitalah yang menentukan masa
depan kita, bukan orang lain.
Menjadi
orang yang baik adalah perjuangan. Baik menurut Allah, bukan menurut manusia.
Mau
sukses kok tidak mau capek...
Mau
jadi orang besar kok tidak mau pusing...
Gimana
ceritanya?
Kalau
dibenci teman, guru, atau orang-orang terdekat, kita akan merasa sedih dan
takut. Kita berusaha mati-matian agar mereka tak membenci kita. Akan tetapi,
apakah reaksi dan sikap kita sama terhadap Allah? Apakah kita takut dibenci
Allah? Apakah kita sedih jika Allah membenci kita? Ingatlah, kalau kita banyak
melanggar perintah-Nya dan sering melakukan larangan-Nya, maka Allah akan marah
dan membenci kita. Sekali lagi, apakah kita takut dibenci Allah? Atau, kita
justru tenang-tenang saja tanpa ada rasa risih sedikitpun?
"Sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak menyebarkan manfaat untuk orang lain",
Sabda Rasul.
Sudahkah
kita menyebar manfaat hari ini? Berapa banyak manfaat yang kita sebarkan?
Mungkin
hasil yang kita raih belumlah yang terbaik, tapi setidaknya semangat dan usaha
kita sudah yang terbaik. "Prestasi" terbaik tidak hanya dinilai dari
hasil, tapi semangat dan kerasnya usaha yang dilakukan.
Banyak
hal yang bisa menghambat perjalanan kesuksesan kita. Tugas kita adalah mencari
penghambat-penghambat itu lalu "membunuh"-nya. Kalau tidak, kita yang
akan "dibunuh" oleh penghambat tersebut.
Tidak
semua apa yang kita pikirkan dan kita rasakan "berkata" jujur kepada
kita. Ada pikiran dan perasaan tertentu yang "berbohong" sehingga
tidak perlu kita percayai. Terutama, pikiran dan perasaan yang negatif.
Celakalah
orang yang tak bisa mengatur dirinya sendiri......
Walau
bagaimanapun, berbuat jujur tetap lebih baik.....
Bersikap
hati-hati itu penting....
Kalau
jujur merenung, maka kita akan berkesimpulan bahwa apa yang tidak kita ketahui
jauuuuh lebih banyak dari apa yang kita ketahui. Oleh karena itulah sungguh
bodoh orang yang merasa dirinya pintar dan hebat.
...apabila
Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, 'Tuhanku telah
menghinakanku'. Sekali-kali tidak...."
Kutipan
kalimat di atas disampaikan langsung oleh Allah dalam surat al-fajr ayat enam
belas sampai tujuh belas. Ayat ini menunjukkan, bahwa hal buruk yang menimpa
kita baik berupa bencana, penyakit, kekurangan harta, dan sebagainya bukan
berarti Allah menghinakan kita. Tapi Allah bermaksud menguji kita.
Kalau
kita ingin menguasai suatu cabang ilmu, maka kita harus mencintainya. Dengan
mencintai cabang ilmu tersebut, kita akan betah dan berlama-lama dalam
mempelajarinya. Akan tetapi, untuk bisa mencintai itu tidak mudah. Butuh
perjuangan. Karena sebagaimana kata Bagus Hernowo, cinta itu bukan kata benda
yang ada dengan sendirinya. Tapi cinta adalah kata kerja yang harus diusahakan
dan diperjuangkan.
Hidup
adalah perjuangan. Berjuang dalam segala lini. Dan, berjuang yang bagus adalah
yang totalitas. Karena kalau hanya setengah-setengah, tak ada yang dicapai
kecuali teramat sedikit atau nihil tak ada sama sekali
NB:
Goresan Hikmah ke-10 ini merupakan gabungan dari coretan sederhana di buku
diary yang dimulai dari 3 Oktober 2014 sampai Desember 2014 dan dari status FB saya mulai
tanggal 8 Mei 2014 sampai 24 desember 2014. Semoga bermanfaat J
0 Response to "Goresan Hikmah Part 10"
Posting Komentar
Jangan lupa komen di sini ya :-)