Ketika Orientalis Jujur Menilai Nabi

Mungkin kita pernah mendengar orientalis (sarjana Barat yang mendalami dunia Timur) menyatakan  bahwa  banyak orang-orang muslim yang kurang objektif ketika berkarya. Namun kalau melihat di lapangan, justru banyak sekali dari orientalis yang memiliki subjektifitas tinggi, terutama ketika menilai nabi Muhammad Saw. Dalam tulisan saya terdahulu yang berjudul "Nabi Muhammad di mata Orientalis", telah saya paparkan pandangan-pandangan sinis dan penuh kebencian kaum orientalis terhadap nabi. 

Nama-nama yang saya sebutkan di antaranya adalah, John of Damascus, Pastor Bede, Martin Luther, Voltaire, Snouck Hurgronje, dan Klimovich. Sebenarnya masih banyak lagi orientalis yang menghina nabi. Mereka yang belum saya sebut dalam tulisan tersebut di antaranya adalah Josep Schat, Ignaz Goldziher, Wensick, Washington Irving, Hamilton Gibb, D' Herbelot, dan Dante Alighieri.

Kalau menyimak pemaparan mereka, maka akan tersingkap dengan jelas  sikap tidak objektif dan ketidak ilmiahan karya-karya mereka. Apalagi, tidak sedikit pula orientalis yang benar-benar bersikap objektif memiliki penilaian sangat bertentangan dengan para orientalis yang disebut di atas.  

Mereka yang memiliki sikap objektif di antaranya adalah Lamartine. Ia pernah menulis begini, 
"Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational dogma, of a cult without images, the founder twenty   terrestrial empires and of one spritual empire, that is Muhammad. As regards all the standards by which human Greatness may be measured, we may well ask, Is There Any man Greater Than He?" (Lamartine, Histoire, De La turquie, Paris, 1854, Vol.II,pp 276-277).

Luar biasa, kata itu mungkin yang pantas mewakili ketakjuban kita atas perkataan orientalis satu ini. setelah menyebutkan berbagai sisi positif dari nabi Muhammad, ia kemudian bertanya, "Is There Any man Greater Than He?", "Apakah ada orang yang melebihi kebesaran sosok beliau (nabi Muhammad)?".

Sungguh, pernyataan orientalis bernama lamartine ini telah menelanjangi ketidakilmiahan karya-karya orientalis-orientalis sebelumnya. Ia juga telah membanting dengan keras ucapan-ucapan tak bertanggung jawab ucapan Pastor Bede, martin Luther, dan orientalis-orientalis lainnya.

Menyimak pernyataan Lamartine di atas, sekiranya sudah cukup membuka tabir kebencian sebagian orientalis. Namun, di sini saya ingin menambahkan pernyatan orientalis lainnya. Ia bernama Michael H. Hart. Dengan upaya yang sungguh-sungguh, objektif, dan penuh dedikasi yang tinggi, ia telah menghimpun 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Lalu tanpa ragu-ragu, ia memasukkan nabi Muhammad sebagai tokoh nomor satu, bukan yang lainnya. Padahal sebagaimana orientais lainnya, dia tidak beragama Islam. Dalam kata pengantarnya di buku tersebut, dengan berani dia menyatakan,
"My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questined by others, but he was the only man in history who was premely successful on both the religious and secular levels". (M.H. Hart, The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons in History, New York, 1978, p.33)

Ya. Michael H. Hart  dengan tanpa paksaan menyatakan nabi Muhammad " was the only man in  history who was premely successful on both the religious and secular level", satu-satunya manusia dalam sejarah yang sukses baik dalam hal religiusitas maupun aspek duniawi. Ia sadar bahwa banyak pembaca mungkin terkejut dengan tindakannya tersebut. Tapi dengan tanpa rasa takut, ia tetap menetapkan pilihannya, bahwa manusia terbaik sepanjang sejarah adalah nabi Muhammad.
Maka, kalaulah kita sudah tahu hal tersebut, masihkah kita belum mau meneladani segala apa yang ada pada  nabi? Masihkah ada di antara kita yang "malas" untuk bersholawat atas beliau?

0 Response to "Ketika Orientalis Jujur Menilai Nabi"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)