Trik Menjadi Pemimpin Berkualitas

Oleh : Luqman Hakim

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menciptakan khalifah di bumi’. Mereka berkata:’Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman:’Aku menegetahui apa yang tidak kamu ketahui’. (QS.Al-baqoroh:30) 

          Ayat di atas mengabarkan kepada kita, bahwa setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Tidak sekedar beberapa orang saja, melainkan setiap orang. Setiap manusia adalah pemimpin. Coba kita hayati hadits berikut, “Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan ditanyakan tentang kepemimpinannya”(Al-hadits). 

        Oleh karena itu, betapa urgen mempelajari dunia kepemimpinan (leadership).Kalau kita tidak mengenal lebih mendalam, bisa-bisa kita tidak bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. 

       Lantas, bagaimana cara untuk menjadi pemimpin yang baik lagi berkualitas? Setidaknya, ada 3 hal penting yang insyaAllah sangat bermanfaat untuk kita ketahui, agar kita bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. Agar kita bisa melaksanakan tugas yang Allah berikan kepada kita –yaitu menjadi pemimpin- dengan sebaik-baiknya. Karena, mau tidak mau, kita akan ditanya tentang “kepemimpinan” kita.   

Mengelola Waktu 

        Yang pertama adalah pandai mengelola waktu. Pemimpin yang baik haruslah bisa mengelola waktunya dengan baik. Tanpa penguasaan terhadap waktu, seseorang tidak bisa dikatakan pemimpin yang baik. Islam sungguh sangat menghargai waktu. Bahkan, dalam Al-Quran Allah bersumpah dengan waktu. ‘Wal ‘ashr’. ‘Demi Waktu’, firman Allah. Ini menandakan bahwa, waktu teramat penting. Namun sayangnya, banyak manusia menyia-nyiakan dan melupakan nikmat Allah berupa waktu. Rasulullah sendiri menyampaikan hal ini dalam haditsnya, ”2 nikmat yang banyak manusia lupa ialah nikmat sehat dan nikmat sempat” (Al-hadits). Nikmat sempat itu tidak lain adalah nikmat waktu yang Allah berikan kepada kita. 

      Pernah suatu ketika tatkala di majlis ilmu, Imam Ghazali bertanya kepada murid-muridnya, “   Wahai murid-muridku, menurut kalian, apa yang terdekat dengan kita?” Murid-muridnya pun menjawab dengan jawaban yang beragam. Ada yang mengatakan, “Yang terdekat dengan kita adalah orang tua kita wahai syeikh”. Yang lain menjawab, “Kalau menurut saya, yang terdekat dengan kita adalah anak kita”. Dan masih banyak jawaban lain dari para muridnya. Lantas Imam Ghazali mengatakan, “Jawaban kalian benar, tapi ada yang lebih dekat dengan kita daripada itu semua, yaitu kematian. Kematian itu datang secara tiba-tiba, tanpa diundang dan tanpa diperkirakan sebelumnya. Bisa saja ia datang menjemput kita bulan depan, atau bisa juga pekan depan, atau habis majlis ini nyawa kita diambil. Jadi, ia begitu dekat dengan kita. Maka persiapkan diri kalian menghadapi kematian itu”. Para muridnya pun mengangguk-angguk pertanda mengiyakan. 
      Selanjutnya Imam Ghazali mengajukan pertanyaan lagi,”Sekarang menurut kalian, apa yang terjauh dengan kita?” Mendapatkan petanyaan seperti itu, kembali murid-muridnya menjawab dengan jawaban yang berbeda. Ada yang mengatakan yang terjauh adalah matahari. Ada yang mengatakan langit, bulan, dan lain-lain. Namun Imam Ghazali pun menimpali, “Kalian benar, tapi ketahuilah, sesungguhnya yang terjauh dari kita adalah waktu yang telah lewat. Walaupun kita berlari sekencang mungkin, atau menggunakan kendaraan apapun, kita tidak akan pernah sampai padanya. Karena waktu yang kita habiskan sungguh teramat jauh. Maka dari itu, gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya”. 

          Begitulah hakikat waktu. Sungguh sangat penting mengelolanya dengan sebaik mungkin, agar kita bisa menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas. 

    Namun sebenarnya, hakikat mengelola waktu adalah mengelola diri kita. Bukan kita yang mengatur waktu, karena waktu memang waktu tidak bisa diatur-atur. Caranya ialah, kita berusaha sebaik mungkin mengatur diri, agar waktu yang ada termanfaatkan dengan baik, tidak terbuang percuma. 

        Terkait pengelolaan waktu ini, penting kiranya kita mencontoh para pemimpin dunia. Mereka menggunakan waktu sebaik mungkin. Tak ada waktu kosong yang tersia-siakan. Bahkan, mereka sedikit sekali menghabiskan waku untuk tidur. Sebutlah contoh Rasulullah, pemimpin nomor satu di dunia, pemimpin yang menjadi teladan bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Untuk tidur, beliau hanya butuh waktu 3 sampai 4 jam dalam sehari. Tidak banyak. Cobalah bandingkan dengan kita. Sudahkah kita mencontoh Rasulullah? Sudahkah kita tidur dalam sehari hanya 3-4 jam? 

Bermanfaat bagi Orang Lain

       Hal penting kedua yang seharusnya diketahui oleh kita untuk menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas ialah, menjadikan konsep “bermanfaat bagi orang lain” sebagai prinsip hidup. Kita hidup di dunia, dalam rangka memberikan manfaat kepada orang lain. Memberi manfaat sebanyak-banyaknya. Rasulullah bersabda, “Khoirun naas anfa’uhum linnaas”. “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.(Al-hadits). 

       Dari sini, kita memuhasabahi diri kita. Sudah berapa banyak manfaat yang kita berikan kepada orang lain? Atau, selama ini, kita malah lebih banyak memberikan kerugian daripada memberikan manfaat. Jangan-jangan, keberadaan kita sama dengan ketiadaan kita. Jangan-jangan, hidup kita di dunia tidak ada manfaatnya sama sekali. Pepatah arab mengatakan, “wujuuduhu ka’adaamihii”.”Keberadaannya sama dengan ketiadaannya”. Na’udzubillaahi min dzaalik. Tsumma na’udubillaahi min dzaalik. 

   Dengan berprinsip seperti ini, yaitu memimpin karena prinsip kemanfaatan, maka kita pun bisa mencapai predikat sebagai pemimpin yang baik dan berkualitas di mata Allah. Karena, setiap langkah kaki yang kita tapakkan, setiap kata yang keluar dari lisan, dan segala tindak-tanduk kita, digunakan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada manusia yang lain. Khoirun naas anfa’uhum linnaas. 

      Inspiratif

    Yang ketiga adalah, menjadi pemimpin yang inspiratif. Untuk poin yang ketiga ini, lebih masuk ke tataran aplikatif. Kalau kita mau menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas, penting mengetahui hal ini. Setelah mengetahuinya, bisa kita praktekkan. 

       Seorang pemimpin bisa dikatakan baik, ketika bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Pengaruh yang menjadikan orang yang dipimpin merasa enjoy dan nyaman, sehingga mau berjuang bersama. Ketika diperintah oleh sang pemimpin, ia sadar bahwa itu adalah kebaikan. Ia akan melakukan perintah dengan senang, tidak terpaksa, dan tidak mengharap hadiah dari pemimpin. Inilah pemimpin yang inspiratif. Inilah pemimpin yang berkualitas. 

     Memang berat untuk menjadi pemimpin yang seperti ini. Tidak mudah. Namun tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Dalam hal ini, Rasulullah adalah contoh utama. Para sahabat ketika diperintah oleh Rasulullah, maka dengan mantap hati mereka berujar, “Sami’naa waatho’naa”. “Kami mendengar dan kami taat”

     Oleh karena itulah, perlu sekali kita mencontoh beliau. Akhirnya, semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang amanah. Pemimpin yang bisa mempersembahkan yang terbaik kepada Allah. Kita semua. Ya, kita semua. Karena setiap kita adalah pemimpin. Wallahua’lam.

0 Response to "Trik Menjadi Pemimpin Berkualitas"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)