Adab Mencari Ilmu

Adab Mencari Ilmu
Ilmu adalah keutamaan dari Allah. Allah akan memberi ilmu kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dalam mencari ilmu, terdapat adab-adab yang Rasulullah Saw sangat menginginkan kita mengetahuinya, sehingga kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita pelajari, serta agar ilmu tersebut bermanfaat bagi masyarakat kita.

Hendaknya para pencari ilmu memahami dengan baik ilmu yang dipelajari, menghormati pengajarnya, dan berusaha keras agar menjadi qudwah (teladan) atas apa-apa yang telah dia ketahui.

Selain itu, hendaknya para pencari ilmu juga berusaha menjadikan ilmu yang Allah telah karuniakan dan titipkan  kepadanya bermanfaat bagi orang lain.

Di bawah ini adalah cerita-cerita yang menjelaskan sebagian adab-adab yang wajib dilakukaan oleh penuntut ilmu. Sehingga, Allah akan memberkan berkah atas ilmu yang telah ia punya. Selain itu, agar ia bisa memperoleh kebaikan di dunia maupn di akhirat.






NB: Terjemahan dari Kitab Silsilatul Adab, Bab Qashashu adaabi Thalabil 'Ilmi, pada bagian pendahuluan (tamhiidun)


Panceng, Gresik, 30 Desember 2012 


Hiasan pada Pesta Pernikahan

Hiasan pada Pesta Pernikahan
Pada hari pesta pernikahan Aisyah RA dengan rasulullah Saw, ia bermain-main dengan shabat-sahabatnya. Ibunya, Ummu Ruuman, kemudian memanggilnya. Aisyah pun bersegera  pergi menemui ibunya.Ibunya mem biarkannya berdiri di depan pintu sampai ia merasa tenang. Setelah tenang, Aisyah dibolehkan masuk ke dalam rumah.

Saat itu, perempuan-perempuan dari kaum Anshar menemuinya dan menyambutnya. Mereka berkata kepada Aisyah, "Semoga kamu berada dalam kebaikan dan keberkahan. Dan semoga berada dalam sebaik-baik keberkahan"

Nyanyian Kaum Anshar

Nyanyian Kaum Anshar
Pada suatu hari,  Aisyah RA kembali dari pesta pernikahan seorang perempuan dengan laki-laki Anshar. Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang telah kalian ucapkan wahai Aisyah?"
Aisyah menjawab,  "Kami mendoakan keselamatan dan keberkahan, lalu kami pulang" (HR. Abu Syaikh)

Nabi Saw kemudian mengabarkan kepada Aisyah bahwa kaum Anshar adalah  kaum yang memiliki permainan yang menakjubkan. Beliau bertanya, "Apakah tidak diutus bersamanya seorang hamba sahaya yang memukul rebana dan bernyanyi?

Pertemuan Pertama

Pertemuan Pertama
Abu Sa'id RA adalah hamba sahaya dari Abu Usaid RA.

Pada suatu hari, Abu Sa'id menikah. Turut hadir pada acara tersebut ibnu Mas'ud, Abu Dzar, Hudzaifah, dan para sahabat lainnya selain mereka, untuk menyenangkannya dan turut serta dalam kebahagiaan.

Di tengah-tengah acara, waktu shalat tiba. Para sahabat pun meminta Abu Sa'id yang merupakan hamba sahaya jadi imam shalat. Ia pun shalat bersama mereka.

Hadiah Pesta Pernikahan

Hadiah Pesta Pernikahan
Ketika nabi Saw menikahi Zainab binti Jahsyin RA, Ummu Sulaim  mengatakan kepada Anas bin Malik bahwa dia ingin mengirim hadiah kepada Rasul Saw.

Anas berkata, "Lakukanlah".   Maka Ummu Sulaim pun menyiapkan kurma, mentega, dan susu. Beliau juga membuat makanan untuk Rasul. Setelah itu, ia meminta tolong Anas bin Malik agar membawanya ke hadapan nabi.

1/4 Dinar

1/4 Dinar
Ketika Abdurrahman bin Auf hijrah ke Madinah, saudaranya dari kaum Anshar memberikan tawaran-tawaran yang banyak. Akan tetapi, dia menolak untuk menerima itu semua. Dia lebih memilih pergi ke pasar dan bekerja di sana mencari penghasilan.

Pada suatu hari, nabi Saw menemuinya. Beliau melihat pada diri Abdurrahman terdapat bekas warna kuning (bekas warna kunyit atau selainnya). Pada waktu itu, nabi belum mengetahui bahwa Abdurrahman bin 'Auf telah menikah. Beliau bertanya, "Apa ini?"

Waktu Menyembelih Hewan Kurban

Waktu Menyembelih Hewan Kurban
Pada Hari Raya Idul Adha, Nabi Saw melaksanakan shalat 'ied, kemudian berkhutbah setelah shalat usai. Beliau pun menjelaskan bahwa menyembelih hewan kurban dilaksanakan setelah shalat. Barangsiapa yang melakukan seperti itu, dia telah mengikuti sunnah. Dan barangsiapa yang menyembelih hewan kurban sebelum shalat 'ied, maka dia tidak memperoleh pahala kurban.

2 Hari Raya dalam 1 hari

2 Hari Raya dalam 1 hari
Abdullah bin Zubair RA adalah gubernur Makkah Al-Mukarramah. Saat hari raya yang bertepatan dengan hari Jum'at, ia tidak keluar pada pagi hari untuk melaksanakan shalat 'ied. Ia menunggu sampai  siang, baru kemudian kemudian keluar dan  naik ke atas mimbar. Lantas dia berkhutbah dengan khutbah yang panjang dan dilanjutkan dengan shalat 2 rakaat. Pada hari itu, ia tidak melaksanakan shalat Jum'at. Sebagian manusia mencelanya atas tindakannya ini.

Khutbah Hari Raya

Khutbah Hari Raya

Pada suatu hari, Abu Sa'id Al-Khudri keluar bersama gubernur Madinah, Marwan bin Hikam untuk melaksanakan shalat 'ied. Marwan ingin menaiki mimbar dan melaksanakn khutbah 'ied sebelum shalat. Abu Sa'id Al-Khudri menarik bajunya hendak melarang, namun Marwan melepaskan tarikan baju dari sa'id dan naik ke mimbar, lalu berkhutbah sebelum shalat.

Sedekah Wanita

Sedekah Wanita
Pada salah satu hari raya, Nabi Saw Shalat 'ied bersama para sahabat. Beliau memulai shalat sebeum khutbah dilakukan, dengan tanpa didahului adzan dan iqamah.

Tatkala selesai shalat 'ied, nabi Saw berdiri untuk berkhutbah. Beliau memerintahkan para jamaah yang hadir agar bertakwa kepada Allah, taat kepada perintah-Nya, memberi tausiah kepada orang lain, serta mengingatkan mereka jika berbua salah.

Setelah menyelesaikan khutbahnya, Rasulullah Saw pergi ke sebuah tempat yang di sana banyak wanita berkumpul. beliapun memberi tausiah mereka dengan bersabda, "Perbanyaklah kalian bersedekah, sesungguhnya kalian adalah penghuni neraka terbanyak"

Makan Sebelum Shalat

Makan Sebelum Shalat
Pada malam idul fitri, seorang laki-laki bernama Abu Khaldah mengunjungi serang Ulama', yaitu Abu 'Aliyah. Tatkala Abu Khaldah mengetuk pintu, Abu 'Aliyah membuka pintu dan menyambutnya. Mereka berdua pun duduk dan ngobrol. Pada waku itu, Abu 'Aliyah meminta Abu Khaldah agar melewati rumahnya tatkala hendak pergi melaksanakan shalat 'ied pada keesokan paginya.

Keesokan paginya, Abu Khaldah melewati rumah Abu 'Aliyah, sedang dia hendak menuju tempat shalat 'ied.

Tatkala Abu 'Aliyah keluar, ia bertanya kepada Abu Khaldah, "Apakah kamu sudah makan?". "Iya, sudah" , jawabnya. 

Panggilan Orang Beriman [Takbir]

Panggilan  Orang Beriman [Takbir]
Hafshah binti Sirin melarang anak gadisnya keluar pada hari raya. Pada suatu hari, ada seorang wanita yang tinggal di kampungnya dan hidup di antara kabilahnya. Hafshah kemudian menemuinya dan mengabarkan perihal kaumnya yang melarang gadis keluar pada hari  raya.

Tatkala wanita tersebut mendengar hal itu, ia memberitahu Hafshah bahwa saudara perempuannya telah bertanya kepada Rasul, "Wahai Rasulullah, apakah tidak apa-apa salah seorang dari kami keluar rumah tanpa memakai jilbab?"

Rasulullah menjawab, "Hendaklah perempuan itu memakai jilbabnya, lalu saksikanlah hal-hal yang baik dan mendengarkan panggilan orang beriman [takbir]".

Baju Baru

Baju Baru
Pada suatu hari, Umar bin Khattab pergi ke pasar. Tatkala ia melihat barang-barang dagangannya, ia terpukau dengan jubah yang terbuat dari kain sutera yang tebal. Umar pun membelinya.

Kemudian Umar membawa jubah tersebut ke hadapan nabi Saw untuk dihadiahkan kepada beliau. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, berhiaslah dengan jubah ini pada hari raya".

Akan tetapi, nabi Saw menolak untuk mengambilnya, dan berkata kepada Umar, "Sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak memiliki akhlaq".

Hiburan yang Diperbolehkan

Hiburan yang Diperbolehkan

Di salah satu hari raya, di sisi Aisyah RA terdapat 2 pemudi menyanyikan syair-syair yang digunakan dalam perang bu'ats, yaitu salah satu perang yang terjadi di zaman jahiliah. Lalu Rasulullah Saw masuk menemuinya dan duduk di atas kasur. Beliau tidak melihat kepada 2 pemudi tersebut.

Dan pada suatu hari, Abu Bakar Ash-shiddiq RA masuk menemui Aisyah dan mendapatinya mendengarkan nyanyian 2 pemudi tersebut. Abu Bakar pun berkata kepada Aisyah dengan nada yang keras dan mengingkari apa yang dilakukan Aisyah, "Seruling setan ada di sisi Rasul"?

Rasul pun berdiri menenangkan Abu Bakar seraya bersabda kepadanya, "Biarkanlah mereka".

Hari Nairuz

Hari Nairuz
Tatkala nabi Saw hijrah ke Madinah, beliau mendapati penduduk di sana merayakan 2 hari raya. Mereka bermain-main dan bersukaria pada hari tersebut. Kemudian ada yang menjelaskan kepada beliau bahwasanya kedua hari itu adalah hari Nairuz dan hari Muhirjan. Nabi pun bertanya lebih mendalam tentang 2 hari tersebut. Lalu mereka menjawab, " Kami bermain pada 2 hari tersebut ketika masih jahiliah".

Rasulullah Saw kemudian bersabda, "Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik, yaitu hari Idul Adha dan Idul Fitri [HR. Abu Daud dan Nasa'i]

Karakteristik Pengajar Ala Rasul

Karakteristik Pengajar Ala Rasul
Rasulullah Saw adalah seorang guru terbaik di dunia yang selalu mengajar ummatnya dengan berbagai macam pelajaran.  Dengan sifat-sifat mulia, beliau mampu mengajarkan dengan sangat baik, sehingga bisa menjadikan murid-murid beliau menjadi manusia terbaik sepanjang sejarah. Kita selaku ummat beliau hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu yang dimiliki dan diajarkan oleh beliau. Lantas, apa saja sifat-sifat beliau yang seyogyanya diamalkan oleh pengajar?

1. Ikhlas

Dengan memiliki keikhlasan dalam mengajar, seorang pengajar akan mampu menembus hati sanubari murid sehingga akan mudah menyerap ilmu yang disampaikan. Pengajar yang mengajar dengan ikhlas, berbeda rasanya dengan pengajar yang hanya  mengajar karena tuntutan kerja ataupun karena sebab lainnya. Sang murid akan tenang dan nyaman karena merasakan bahwa sang guru betul-betul ingin menstransfer ilmunya.

Adab Hari Raya dan Hari Bahagia

 Adab Hari Raya dan Hari Bahagia

Bismillahirrahmaanirrahim

Hari Raya adalah hadiah dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang taat. Ia juga hari bergembira bagi mereka. Ia dirayakan 2 kali dalam setahun, setelah sebelumnya kaum muslimin melaksanakan ibadah berupa puasa di bulan Ramadhan dan Haji di Baitul Haram dalam rangka mengharap ridha Allah SWT. 

Seorang muslim yang taat akan merasa gembira pada 2 hari ini, karena ia merasa bahwa Allah SWT telah memberinya hadiah/balasan atas ketaatan yang dilakukan.

Pada hari raya, orang-orang saling bersilaturrahim, saling mencintai, saling bersalam-salaman, saling memperbarui hubungan yang baik di antara mereka, dan saling menguatkan ikatan di antara mereka.

Shalat Abu Mu'allaq

Shalat Abu Mu'allaq
Salah satu sahabat Rasul yang bernama Abu Mu'allaq melakukan perjalanan dengan membawa harta dagangan. Tiba-tiba ada perampok yang hendak membunuh dan hendak mengambil hartanya.

Abu Mu'allaq kemudian berkata, "Izinkan saya untuk shalat". 

Perampok itu menjawab, "Shalatlah sesuka hatimu".

Abu Mu'allaq pun mengambil wudhu' dan shalat. Ia berdoa, "Wahai Zat yang dicintai, wahai pemilik 'Arsy yang agung, wahai Zat yang berbuat atas kehendak-Nya, saya memohon kepada-Mu dengan kemulian-Mu yang tidak...dan kerajaan-Mu yang tidak lalim, dan dengan cahaya-Mu yang memenuhi kemuliaan Arsy-Mu, agar Engkau menghentikan kejahatan perampok ini. Wahai Zat yang Maha Penolong, Tolonglah saya."

Ia mengulangi doa ini hingga 3 kali.

Harta Benda Arsy

Harta Benda Arsy
Malaikat Jibril turun menemui nabi Saw dengan sebaik-baik bentuk dan tidak pernah seperti itu sebelumnya. ia datang dengan tersenyum dan membawa kabar gembira.

Ia berkata, "Semoga keselamatan tercurahkan untukmu wahai Muhammad". Rasul menjawab, "Semoga keselamatan juga tercurahkan untukmu wahai Jibril".

Jibril berkata, "Sesungguhnya Allah mengutusku untuk  menemuimu dengan membawa hidayah. Dengan hidayah itu, Allah hendak memuliakanmu dengan harta benda arsy".

Rasul Saw bertanya, " Hidayah seperti apa yang kamu maksud wahai Jibril?"

Ketika Orientalis Jujur Menilai Nabi

Ketika Orientalis Jujur Menilai Nabi
Mungkin kita pernah mendengar orientalis (sarjana Barat yang mendalami dunia Timur) menyatakan  bahwa  banyak orang-orang muslim yang kurang objektif ketika berkarya. Namun kalau melihat di lapangan, justru banyak sekali dari orientalis yang memiliki subjektifitas tinggi, terutama ketika menilai nabi Muhammad Saw. Dalam tulisan saya terdahulu yang berjudul "Nabi Muhammad di mata Orientalis", telah saya paparkan pandangan-pandangan sinis dan penuh kebencian kaum orientalis terhadap nabi. 

Nama-nama yang saya sebutkan di antaranya adalah, John of Damascus, Pastor Bede, Martin Luther, Voltaire, Snouck Hurgronje, dan Klimovich. Sebenarnya masih banyak lagi orientalis yang menghina nabi. Mereka yang belum saya sebut dalam tulisan tersebut di antaranya adalah Josep Schat, Ignaz Goldziher, Wensick, Washington Irving, Hamilton Gibb, D' Herbelot, dan Dante Alighieri.

Kalau menyimak pemaparan mereka, maka akan tersingkap dengan jelas  sikap tidak objektif dan ketidak ilmiahan karya-karya mereka. Apalagi, tidak sedikit pula orientalis yang benar-benar bersikap objektif memiliki penilaian sangat bertentangan dengan para orientalis yang disebut di atas.  

Hak Pembantu

Hak Pembantu
Ada 3 orang laki-laki yang berada dalam perjalanan. Ketika langit sudah gelap, mereka masuk ke dalam gua untuk istirahat di sana. Tiba-tiba batu besar yang ada di atas gunung jatuh dan berhenti tepat di pintu gua. Mereka pun tidak bisa keluar dari gua itu. Maka mereka berdoa kepada Allah dengan perantaraan amal sholeh mereka.

Orang pertama dan orang kedua berdoa. Berkat doa mereka berdua, tergeserlah batu itu hingga langit terlihat. Akan tetapi, mereka belum bisa keluar.

Saya Raja...Saya Raja...

Saya Raja...Saya Raja...
Tatkala Hudzaifah bin Yaman mendekati ajalnya, ia jatuh pingsan. Keluarganya beserta orang-orang Anshor pun datang menjenguknya pada malam hari atau ketika waktu sahur.
Ketika sadar, ia bertanya, “Malam apa ini?” Mereka menjawab, “Tengah malam atau waktu sahur”.

Orang Tua dan Demam

Orang Tua dan Demam
                Jika mendengar ada orang sakit, Rasul Saw pasti menjenguknya. Beliau menjenguk semua orang dari berbagai lapisan; laki-laki dan perempuan, tua dan muda, serta muslim dan non-muslim. Beliau menjenguk serta mendoakan mereka.
                Ketika Rasul Saw menjenguk mereka, ada yang banyak mengambil manfaat, namun ada juga yang tidak mengambil manfaat sama sekali.

Pemberi Stempel dan Orang Yahudi

Pemberi Stempel dan Orang Yahudi
Sahabat yang agung, Abu Zuhair An-namuri Radhiyalaahu 'anhu berada di majelis ilmu bersama sahabat yang lain. Ia mengajari mereka tentang perkara agama mereka. Maka ketika ada ada di anatara mereka berdoa, Abu Zuhair mengatakan, "Tutuplah doamu dengan amiin. Sesungguhnya mengucapkan amiin itu ibarat memberi stempel pada lembaran surat".

Subhanallah......

Subhanallah......
Seorang laki-laki dari kaum muslimin menderita sakit yang sangat parah. Saking parahnya, badannya melemah dan mengecil hingga seperti anak burung. Tatkala Rasulullah Saw mengetahui hal ini, beliau dengan ditemani beberapa sahabat menjenguknya.

Goresan Hikmah Part 1

Goresan Hikmah  Part 1
Niat Kuat = sukses
Niat lemah = gagal


 Bergerak dan gagal, JAUH lebih baik daripada tidak gagal tapi diam.....
Semakin banyak gagal, semakin besar kesempatan untuk sukses...
Semakin besar kegagalan, semakin besar pula 'jenis' atau 'bentuk' kesuksesan yang akan dicapai....
Jadi, tidak ada alasan untuk takut gagal....
*Inspirasi setelah nonton video Mario Teguh


 Setiap kita adalah pribadi unik...
Tak perlu bermimpi menjadi orang lain....
Setiap kita punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain....
jadi, tak perlu bersedih menjadi diri-sendiri....


Pemilik Unta

Pemilik Unta
Tatkala Rasulullah Saw dan para sahabat keluar dalam peperangan “Bathnu Luuth”, kendaraan yang mereka tumpangi tidak cukup. Mereka pun bergantian, ada yang berkendaraan dan ada yang jalan kaki. Sampai-sampai satu unta dikendarai bergantian oleh 5, 6, atau 7 orang. 

Doa Orang-Orang Shaleh

Doa Orang-Orang Shaleh
Nabi Saw menemui Anas bin Malik, Ummu Sulaim, dan Ummu Haram (bibi beliau) pada suatu saat di luar waktu shalat fardhu. Beliau bersabda , “Bagaimana meurut kalian jika saya shalat bersama kalian?” Mereka pun menyetujui dan menyambut ajakan itu dengan sangat baik. 

Lalu Rasul Saw meminta Anas berdiri di sebelah kanan beliau dan kedua perempuan tadi di belakang. Kemudian beliau Shalat bersama mereka. Setelah itu, beliau mendoakan mereka untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Thowus dan Doa

Thowus dan Doa

      Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Thowus wad Du'a", Thowus dan Doa. Tulisan ini merupakan bagian ke-5 dari sub judul "Adaabu Ad-Du'aa", Adab Berdoa.  Semoga bermanfaat. :-)

Thowus dan Doa

          Thowus adalah ulama yang ikhlas dan merupakan salah satu murid Ibnu Abbas RA. Suatu hari di majlis ta’lim, seseorang berkata kepadanya, “Berdoalah untuk kami dengan doa-doa”. Thowus menjawab, “Sekarang saya tidak mendapati hatiku memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga aku bisa berdoa untuk kalian” [HR. Abu Na’im]

Istana Putih

Istana Putih

Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Al-Qoshru Al-Abyadu", Istana Putih. Tulisan ini merupakan bagian ke-4 dari sub judul "Adaabu Ad-Du'aa", Adab Berdoa.  Semoga bermanfaat. :-)
Istana Putih

            Abdullah bin Mughfil Radhiyallaahu ‘anhu mendengar anaknya berdoa: “Ya Allah, jika saya masuk surga, saya meminta kepada Engkau istana putih yang berada di sini kanan surga”. Abdullah pun berkata, “Wahai anakku, berdoalah kepada Allah agar dimasukkan ke surga dan diselamatkan dari siksa api neraka”.

Pemilik Cahaya

Pemilik Cahaya

     Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Dzun Nuuri”, Pemilik Cahaya. Tulisan ini merupakan bagian ke-3 dari sub judul "Adaabu Ad-Du'aa", Adab Berdoa.  Semoga bermanfaat. :-)
Pemilik Cahaya

            Thufail bin Amr Ad-duusi yang memiliki julukan Dzun Nuur (pemilik cahaya) pergi ke Mekkah dan masuk Islam. Kemudian ia kembali ke kabilahnya, kabilah Daus, untuk mengajak mereka agar masuk agama yang baru (Islam). Mereka pun menyelisihinya dan berpegang teguh pada kesyirikan dan kesesatan. Tidak ada yang beriman kecuali sedikit. 


            Walau demikian, Thufail dan beberapa orang dari kaum muslimin berpegang teguh pada agama mereka serta bersabar atasnya.  Hingga akhirnya mereka mengetahui hijrahnya Rasulullah Saw dan kaum muslimin ke Madinah Munawarah. Maka Thufail dan beberapa orang muslim dari kabilahnya ikut hijrah ke Madinah.

Ketergesaan dan Doa

Ketergesaan dan Doa

      Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Al-Ismu Al-A'dhamu”, Nama Allah yang Agung . Tulisan ini merupalan bagian ke-2 dari sub judul Adaabu Ad-Du'a. Adab Berdoa.  Semoga bermanfaat. :-)

Ketergesaan dan Doa

            Fadhalah bin Abid radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan cerita ini. Ia berkata: Tatkala Rasulullah saw sedang duduk, di masjid ada seorang laki-laki masuk dan berdoa.

Nama (Allah) yang Agung

Nama (Allah) yang Agung

       Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Al-Ismu Al-A'dhamu”, Nama Allah yang Agung . Semoga bermanfaat. :-)

Nama (Allah) yang Agung

          Suatu ketika Rasulullah Saw berkumpul bersama para sahabatnya. Waktu itu ada seorang laki-laki yang sholat di masjid. Maka tatkala melakukan ruku’dan sujud, ia mengucapkan 2 kalimat syahadat lalu berdoa. Dalam doanya, ia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya saya meminta kepada-Mu dengan segala puji hanya untuk-Mu. Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Pencipta langit dan bumi, Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan, Yang Maha Hidup, Yang terus Menerus Mengurus (makhluk-Nya)”.

Sekarang, tentang Adab-adab dalam Berdoa

Sekarang, tentang Adab-adab dalam Berdoa

Alhamdulillah sobat, saya bisa kembali menggoreskan “pena”  di blog tercinta ini. Saya berharap, saya bisa istiqomah ikut meramaikan dunia blog sehingga bisa turut serta dalam menyebarkan selaksa manfaat.

Dalam postingan kali ini saya ingin menyampaikan bahwa mulai sekarang, saya akan melanjutkan postingan tentang terjemahan kitab Silsilatul Adab. Hanya saja, postingan kali ini dan selanjutnya adalah tentang Adab Berdoa yang ditulis oleh Mushtofa Ahmad Ali. Adapun postingan sebelumnya adalah tentang Adab kepada Allah yang ditulis oleh Abdul ‘Aziz Sayyid Haasyim.

Baiklah, di bawah ini adalah pendahuluan dari pembahasan tentang Adab Berdoa. Adapun postingan selanjutnya – insyaAllah – adalah kelanjutan dari sub judul Adab Berdoa dari kitab Silsilatul Adab yang rencananya saya terjemahkan secara bertahap. Semoga “proyek” ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Amiin.

Al-Muraaqabatu (Mawas Diri)

Al-Muraaqabatu (Mawas Diri)


Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Al-Muraaqabatu”, Mawas Diri . Semoga bermanfaat. :-)

Al-Muraaqabatu (Mawas Diri)

Di suatu malam yang dingin, Amiril Mu’minin Umar bin khattab melakukan ronda malam dengan tujuan mengetahui keadaan masyarakatnya. Waktu itu, ia mendengarkan sebuah percakapaan antara seorang ibu dan anaknya. Ibu itu berkata, “Wahai anakku, campurlah susu itu dengan air”. Maka sang anak pun menjawab, “sesungguhnya saya mendengar informasi bahwa amiril  mu’minin melarang kita mencampur susu dengan air”.

Allah Bersama Kita

Allah Bersama Kita

Berikut ini adalah terjemahan dari kitab Silsilatul Adab dengan judul “Allahu Ma’aanaa”, Allah Bersama Kita. Semoga bermanfaat. :-)

Allah Bersama Kita

            Dengan ditemani Abu Bakar, Rasulullah Saw melakukan hijrah dari Mekah menuju Madinah. Saat itu, kaum musyrikin mengerahkan daya upaya untuk mencari dan mengikuti jejak beliau. Maka dari itu, Rasulullah Saw dan Abu Bakar berlindung di dalam gua tsur dan tinggal di sana sampai 3 hari. Hingga akhirnya, kaum musyrikin diliputi keputusasaan dalam menemukan keduanya.

Kami Mendengar dan Kami Taat

Kami Mendengar dan Kami Taat
-->
             Alhamdulillah sobat...saya bisa melanjutkan terjemahan kitab Silsilatu Adab dengan sub judul 'Adab kepada Allah". Saya berharap, saya tetap bisa melanjutkan kegiatan ini walau terseok-seok. Kali ini saya menerjemahkan judul Sami'naa Waatho'na. Kami Mendengar, dan Kami Taat.  
     O ya, sekedar informasi. Sekarang, yaitu ketika menulis terjemahan ini, aku sedang berada di Gresik, tepatnya di daerah Panceng.
   Di manapun aku berada, aku berharap semoga bisa istiqomah menerjemahkan kitab ini. Setidaknya, cita-citaku untuk menjadi penerjemah tidak luntur. Dan setidaknya, aku melakukan upaya untuk mewujudkan mimpiku ini, walaupun dari yang terkecil.
   Oke, di bawah ini hasil terjemahannya. Semoga bermanfaat. :-)

Kami mendengar dan kami Taat

            Ketika turun firman Allah, “Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu)bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Allah maha kuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Baqoroh: 284), maka para sahabat bersegera menuu Rasulullah.

Kritik atas Teologi Kesetaraan Gender Riffat Hassan (2)

-->
Mau baca bagian 1? Klik sini

Oleh: Luqman Hakim

C.    Implikasi Teologi Kesetaraan Gender Riffat Hassan

1.      Penolakan terhadap Hadits Shahih
Dalam membangun epistemologi teologi kesetaraan gender, Riffat Hassan menjadikan al-Quran sebagai pijakan utama, namun dalam beberapa kasus menolak hadits, jika hadits tersebut menurutnya tidak sejalan dengan semangat al-Quran. Ia memposisikan hadits sebagai sumber yang relatif dan dapat diperdebatkan (debatable). Dengan kata lain, hadits tidak begitu saja digunakan tanpa nyaris kritik. Sebab menurutnya, hadits tidak ada jaminan mengenai orisinalitasnya, termasuk hadits-hadits yang tercantum dalam kitab hadits Imam Bukhari Muslim di mana semua ulama sepakat atas keshahihan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh keduanya[1]. Padahal, sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali, jika menafsirkan al-Quran dengan pendekatan linguistik dsb. semata-mata, tanpa menghiraukan keterangan hadits dan riwayat yang shahih, maka hal ini dilarang dan dikecam.[2]

Kritik atas Teologi Kesetaraan Gender Riffat Hassan (1)

-->
*Tulisan ini juga dimuat di inisiasi.net  
 Mau baca bagian 2? Klik sini

Oleh: Luqman Hakim


A.    Pendahuluan
                       
Akhir-akhir ini, wacana kesetaraan gender di Indonesia telah menjadi program sosial yang disosialisakan melalui ranah politik dan akademik. Dalam ranah politik, sosialisasi kesetaraan gender telah dilakukan melalui lembaga pemerintahan seperti tim Pengarusutamaan Jender DEPAG, Departemen Pemberdayaan Perempuan, dan juga melalui LSM-LSM yang kian menjamur. Adapun dalam ranah akademik, telah didirikan institusi-institusi Pusat Studi Wanita (PSW) di berbagai perguruan tinggi yang pada tahun 2005 telah mencapai 132 di berbagai Universitas di Indonesia[1]. Buku-buku berbahasa Indonesia yang membahas tentang kesetaraan gender juga semakin banyak diterbitkan[2].
            Pada awalnya wacana kesetaraan gender beredar di negara-negara Barat dikarenakan perempuan di sana diperlakukan diskriminatif[3]. Lalu pada dekade terakhir (sekitar tahun 1970-an) wacana kesetaraan gender ikut melanda  dunia muslim[4]. Sejak saat itu, isu kesetaraan gender menjadi ramai diperbincangkan di berbagai negara muslim, termasuk Indonesia[5].

Tauhid Sebagai Prinsip Metafisika (Alam Semesta Teleologis)


       Ketika membicarakan metafisika, maka kita tidak dilepaskan dengan pembicaraan mengenai alam semesta. Metafisika sebagai cabang filsafat,  mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika juga mencoba menjawab beberapa pertanyaan filsafat seperti: “Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di alam semesta? “[1] Jadi pembahasan metafisika sangat erat kaitannya dengan alam semesta.
Democritus[2] (salah satu pencetus paham materialisme) menyatakan bahwasanya alam semesta dan manusia berasal dari materi. Dari idenya ini, muncullah sebuah paham yang dikenal dengan materialisme. Paham materialisme  menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Dan pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material[3].