Pentingnya Khouf, Roja’, Syukur, dan Taubat

Sobat…..

      Ketika saya menggerakkan jemari ini, menekan tuts-tuts yang ada di keyboard komputer, puasa Ramadhan 1432 H sudah berada di hari yang ke-21. Di sini saya ingin menuliskan apa yang saya dapatkan ketika ikut pengajian tadi di masjid Aqshol Madinah Surabaya.

     Pembicaranya adalah ustadz Haidar dari Malang. Adapun kitab yang dibahas adalah “Silsilatul Adab”, karangan Abdul Aziz Sayyid Hasyim.

         Banyak hal yang ia sampaikan, walau sebenarnya, apa yang ia sampaikan hanyalah mukaddimah dari kitab Silsilatul Adab.

           Hal pertama yang disampaikan adalah tentang khouf (takut) dan roja’(pengharapan). Katanya, kita harus benar menempatkan kapan kita harus menggunakan khouf dan kapan kita memakai roja’. Jangan sampai salah. 

         Ketika terlanjur berbuat kemaksiatan, maka sifat yang tepat adalah kita menggunakan raja’(pengharapan). Kita masih memiliki harapan untuk mendapatkan ampunan dari Allah. Kita menyadari, bahwa ampunan Allah itu luas. Dan, ketika hendak berbuat maksiat, maka sikap yang dikedepankan adalah khouf (takut). Kita takut akan siksaan Allah yang sangat keras jikalau kita tetap ingin bermaksiat.


           Sekali lagi, kita harus tepat menggunakannya, jangan sampai salah menempatkan. Salah menempatkan contohnya begini. Tatkala kita hendak bermaksiat, kita bersikap roja’ (pengharapan). Nggak apa-apa lah saya bermaksiat dulu, toh Allah itu maha pengampun. Nanti setelah bermaksiat saya mau bertaubat. Nah, kalau kayak gini salah kaprah.


         Selanjutnya, ia menyampaikan tentang syukur. Syukur, katanya, haruslah dilakukan dengan menggunakan 3 cara. Yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan dengan anggota badan. Bersyukur dengan hati ialah dengan mengakui dalam hati bahwa nikmat itu datangnya dari Allah. Adapun bersyukur dengan lisan ialah dengan mengucapkan pujian-pujian untuk Allah. Misalnya dengan mengucapkan Alhamdulillah. Sementara cara bersyukur dengan anggota badan ialah dengan menggunakan anggota badan kita untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka melakukan perintah-perintah Allah.


            Terkait dengan nikmat yang Allah berikan, ustadz Haidar berpesan kepada jama’ah yang hadir (waktu itu berjumlah 56 orang), hendaknya kita malu kepada Allah untuk mendurhakai-Nya. Kenapa mesti malu? Karena, Allah memberikan kita nikmat dengan jumlah yang sangat banyak. Ibaratnya, kita punya teman yang sangat baik kepada kita. Dia suka bersedekah kepada kita. Suka ngasi barang-barang berharga kepada kita. Sehabis dia ngasi, kita tentunya malu untuk melukainya atau menyakiti hatinya. Begitu juga dengan Allah. Allah setiap saat memberikan kita nikmat, tidak hanya sewaktu-waktu. Maka semestinya kita malu pada Allah untuk mendurhakai-Nya.


           Sesudah menjelaskan tentang khouf, roja’, dan syukur, ustadz Haidar pun menjelaskan tentang taubat. “Kita hendaknya tulus dalam bertaubat kepada Allah”, katanya. Karena kalau kita tidak tulus, maka dosa-dosa kita tak akan terampuni.


            Selanjutnya ia menjelaskan bahwa kalau kita berbuat dosa, maka dalam hati kita terdapat titik-titik hitam. Nah, titik-titik hitam inilah yang menjadikan hubungan kita dengan Allah renggang. Titik-titik hitam inilah yang menjadikan kita jauh dari Allah.
 

Sobat……

Cobalah kita merenung, pernahkah kita dulu dekat dengan Allah. Kita enak beribadah kepadanya. Ketika berdoa, serasa Allah selalu mengabulkan. Kita juga tidak merasa berat dalam melaksanakan ibadah. Intinya, kita pernah dekat dengan Allah. Lalu, kenapa sekarang keadaannya berubah? Kita kita tidak seperti dulu lagi? Nah, hal ini disebabkan titik-titik hitam yang menyelimuti hati kita, sehingga kita terhijab dengan Allah. Titik-titik hitam itu tidak lain disebabkan oleh dosa-dosa yang kita lakukan. Maka tidak mengherankan ustadz Haidar memberikan pesan kepada kita untuk bertaubat, bertaubat dengan sebenar-benarnya dan dengan tulus.
 

Sobat….

sebenarnya masih ada hal-hal lain yang ustdz Haidar sampaikan. Namun, saya belum mapu menuliskan semuanya. Disamping karena sifat lemah saya, saya juga bermaksud untuk menuliskan apa-apa yang sekiranya sangat penting untuk kita renungkan. 

          Baiklah, sebelum saya akhiri tulisan ini, ada satu hal lain yang disampaikan ustadz Haidar, yang saya rasa penting untuk direnungi. Begini, sebenarnya banyak orang yang tahu, bahwa Allah itu maha melihat, Allah itu maha mendengar, dan lain-lain. Namun banyak juga orang yang tidak mampu “merasakan”. Padahal, yang mendorong seseorang untuk hati-hati dalam berbuat adalah dengan “merasakan”, bukan dengan mengetahui saja. Ketika kita hendak berbuat dosa, maka kita “merasakan”, bahwa Allah itu memang melihat kita. Sehingga kita pun merasa takut kepada-Nya. 


        Baiklah sobat..saya akhiri dulu…semoga tulisan singkat ini bermanfaat kepada kita semua. Amiin…






Surabaya, 21 Agustus 2011

0 Response to "Pentingnya Khouf, Roja’, Syukur, dan Taubat"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)