Ayo, hijrah dari Infotainment!

Oleh: Luqman Hakim    

     Program Televisi yang mengungkap kehidupan selebritis, infotainment, meresahkan (sebagian) masyarakat. Acara itu dinilai telah “menjajah” pikiran penonton dengan berbagai hal yang tidak semestinya. Misal, mengungkap pertengkaran, peceraian, serta berbagai sisi kehidupan hedonistik selebritis.

       Tapi, di sisi lain, infotainment telah menjadi acara favorit bagi sebagian (besar) masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga. Dengan realita seperti itu, wajar jika produser televisi berlomba-lomba mengeruk berita seputar selebritis. Dalam “perlombaan” tersebut, para produser tidak lagi memerhatikan dampak dari apa yang mereka tayangka, positif atau negatifkah?

        Bagi banyak produser, layak-tidaknya sebuah produksi bukan terletak pada nilai, tapi lebih pada pencapaian rating. Padahal, untuk menciptakan masyarakat yang beradab, seyogyanya, nilai/normalah yang seharusnya menjadi tolak ukur utama.


       Disadari atau tidak, tayangan infotainment memiliki dampak negative. Tayangan infotainment menayangkan hampir seluruh kehidupan selebritis. Mulai dari cara berpakaian, makan, berbelanja, sampai pada seputar kehidupannya yang sangat pribadi.

       Lalu, seberapa besar peranan media dalam memengaruhi masyarakat? Kalau kita lihat dari “teori hipodermik (teori jarum suntik)” – salah satu teori komunikasi – maka peranan media sangat besar. Menurut teori ini, media bagaikan “nabi baru” yang langsung diikuti petuahnya oleh para pengikutnya. Apa yang ditayangkan oleh media, langsung diamini oleh penonton.

        Pengaruh media bagaikan cairan obat yang disuntikkan menggunakan jarum suntik oleh dokter kepada pasiennya. Ketika disuntikkan, pengaruh obat langsung dirasakan oleh pasien. Atau, seperti peluru yang ditembakkan oleh polisi kepada penjahat. Saat ditembakkan, peluru langsung tepat sasaran dan si penjahat pun terkulai jatuh disebabkan pengaruh peluru yang ditembakkan.

        Begitu juga dengan media. Apa yang ditayangkan oleh media (tayangan infotainment, misalnya), langsung diterima dan (bisa jadi) diikuti oleh masyarakat. 

       Karena pengaruh media yang sangat besar, maka orang-orang yang berkecimpung dalam dunia media ( baik media cetak maupun elektronik) hendaknya ekstra hati-hati dalam menjalankan tugasnya. Jangan sampai hanya mengorientasikan kepada bisnis semata, tanpa memedulikan dampak negtif yang dihasilkan oleh media.

Terkait tayangan infotainment, sebaiknya ada pembatasan dalam pemeberitaan kehidupan selebritis. Artinya, tidak semua sisi selebritis perlu diberitakan kepada masyarakat. Atau – jika bias lebih tegas lagi – tayangan semacam itu ditiadakan saja. Karena, sampai setidaknya saat ini, mayoritas selebritis tidak bias menjadi contoh yang baik.

        Terakhir, bagi kita yang istiqomah memegang syariat Islam, memang tidak ada pilihan lain : “kita harus bersegera hijrah, tinggalkan infotainment!”





NB: Tulisan ini dimuat di majalah integral Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya

0 Response to "Ayo, hijrah dari Infotainment!"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)