Berjalan Menuju masjid

Berjalan Menuju masjid
 Bani Salamah tinggal di rumah-rumah yang jauh sekali dari masjid nabawi. Mereka suka dibicarakan karena banyaknya langkah mereka baik saat menuju masjid maupun ketika kembali dari masjid.

Pada suatu hari, Bani Salamah ingin menjual rumah-rumah mereka dan pindah ke tempat yang dekat dengan masjid. Kabar itu sampai ke Rasulullah Saw. Beliau pun memanggil mereka. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku telah mendengar kabar bahwa kalian ingin pindah ke tempat yang dekat dengan masjid”. Mereka menjawab, “Iya wahai Rasulullah. Sungguh kami menginginkan hal itu”.

Beliau bersabda lagi, “Wahai Bani Salamah! Jejak  kalian ditulis  (maksudnya adalah, Tinggallah kalian di rumah-rumah kalian karena Allah menuliskan pahala setiap langkah kalian saat menuju masjid dan ketika kembali dari masjid). Nabi Saw mengulangi perkatan ini hingga 2 kali atau 3 kali.

Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya setiap langkah kalian memiliki derajat”

Bani Salamah kemudian membatalkan keinginan mereka untuk pindah rumah dan tetap tinggal di rumah-rumah mereka. Mereka berkata, “Tidaklah pindah rumah itu menyenangkan kami”. (HR. Muslim)



NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada  bab “Adab di Masjid” dengan sub judul  “Al-Masy-yu ilal Masjidi”.

Panceng, Gresik, 28 Februari 2014

Masjid Orang-orang Munafik

Masjid Orang-orang Munafik
Abu Amir Ar-Rahib adalah orang yang sangat memusuhi Rasulullah Saw. Tatkala Islam tersebar, ia kabur menuju Negara Romawi dan mengirim utusan kepada beberapa temannya dari kaum munafik untuk memberi kabar kepada mereka dan mengambil keputusan atas mereka. Dan bahwasanaya dia juga akan datang bersama tentara Romawi untuk memerangi nabi Muhammad Saw dan mengusirnya dari Madinah.
 
Maka kaum munafik pun membangun masjid yang mereka jadikan tempat mengatur rencana jahat mereka. Kemudian mereka pergi menemui nabi Saw dan meminta beliau agar shalat di sana. Akan tetapi waktu itu  nabi Saw hendak keluar untuk berperang pada perang tabuk. Beliau pun menunda untuk pergi menuju masjid mereka sampai beliau kembali dari perang.

Allah SWT memberitahu nabi-Nya terkait apa yang diinginkan oleh kaum munafik. Alah berfirman:

 “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran, dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya)”. (QS. At-Taubah: 107)

Nabi Saw pun memenuhi perintah Allah, yaitu merobohkan masjid itu dan membakarnya.



NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada  bab “Adab di Masjid” dengan sub judul  “masjidul Munafikin”.


Panceng, Gresik, 28 Februari 2014


Waktu Shalat

   Waktu Shalat
Nabi Saw sangat menginginkan para sahabat dengan keinginan yang sangat besar agar mereka melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi jalan-jalan setan. Oleh karena itulah beliau memerintahkan mereka agar tidak keluar dari masjid ketika adzan telah dikumandangkan kecuali mereka telah menunaikan shalat. 
 
Pada suatu hari, Abu Hurairah RA duduk di masjid nabawi. Di masjid tersebut telah berkumpul para sahabat dan tabi’in. Setelah tiba waktu adzan, muadzin pun mengumandangkan adzan.

Di saat adzan masih dikumandangkan oleh muadzin, seorang laki-laki berdiri lalu keluar dari masjid. Abu Hurairah RA melihat laki-laki itu dan terus memandangnya sampai keluar dari masjid. Tatkala laki-laki itu telah keluar dari masjid, ia berkata, “Orang ini sungguh telah mendurhakai Abu Qosim (Rasulullah Saw)[HR. Muslim]



NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada  bab “Adab di Masjid” dengan sub judul  “Waqtus Sholah”.


Panceng, Gresik, 27 Februari 2014

Pahala yang Agung

Pahala yang Agung
Ada seorang laki-laki Anshor yang tempat tinggalnya  jauh sekali dari masjid. Walaupun demikian, ia memiliki keinginan yang kuat untuk shalat di belakang Rasulullah Saw. Ia tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di setiap waktu shalat. Hal itu menjadikan para sahabat yang lain merasa kasihan kepadanya.
 
Kemudian Ubay bin Ka’ab RA menawarinya keledai sehingga dia bisa mengendarainya. Tujuannya ialah agar ia terjaga dari panasnya pasir yang sangat menyengat tatkala menuju masjid.

Laki-laki itu berkata, “Tidaklah membuatku bahagia jika rumahku dekat dengan masjid. Sesunggunya aku ingin agar setiap  langkahku sewaktu  menuju masjid dan ketika kembali ke rumah dicatat oleh Allah sebagai pahala”.

Para sahabat yang lain menyampaikan kepada Rasulullah saw ucapan laki-laki tersebut. Maka beliau kemudian bersabda kepada laki-laki ini, “Sungguh Allah telah mencatat setiap langkahmu itu dengan pahala”. (HR. Muslim)



NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada  bab “Adab di Masjid” dengan sub judul  “Ats-tsawaabul ‘Adhiimu”.


Panceng, Gresik, 27 Februari 2014

Membersihkan Masjid

  Membersihkan Masjid
Pada zaman Rasulullah Saw terdapat seorang wanita yang selalu membersihkan masjid dan menjaga kebersihannya. Nabi Saw bersimpati kepadanya dan menanyakan keadaannya sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas apa yang ia lakukan.

Pada suatu hari, nabi Saw memasuki masjid tapi tidak mendapati wanita tersebut. Beliau bertanya tentangnya kepada para sahabat. Mereka menjawab “wanita itu sudah meninggal”. Mereka juga memberitahu Rasul Saw bahwa mereka sudah memandikannya, menyolatkannya, dan mengkafaninya. 

Mendengar  hal itu, Rasulullah Saw bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kepada saya sebelumnya?” Beliau kemudian bertanya tempat kuburannya. Mereka pun menunjukkan kepada Rasulullah Saw tempat wanita tersebut dikuburkan. Lalu Rasulullah Saw pergi menuju kuburannya dan shalat atasnya sebagai bentuk penghormatan.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini penuh dengan kegelapan bagi para penghuninya. Kemudian Allah menyinarinya dengan perantara shalatku atas mereka”. (HR. Muslim)
Sungguh  Rasulullah Saw bersikap seperti ini terhadap wanita tersebut karena ia menegakkan amalan agung, yaitu membersihkan masjid dan menjaga kebersihannya.



NB: terjemahan dari kitab silsilatul adab pada  bab “Adab di Masjid” dengan sub judul  “Tandhiiful Masjid”.


Panceng, Gresik, 27 Februari 2014