Mewaspadai Serangan Hermeneutika dalam Penafsiran Al-Quran

Oleh: Luqman Hakim


 Judul : Hermeneutika dan Tafsir Al-quran 

Penulis : Adian Husaini dan Abdurrahman A-Baghdadi

Penerbit : Gema Insani, Jakarta 

Cetakan : Kedua, Mei 2008 

Tebal : iv+ 89 halaman 





        Hermeneutika adalah sebuah kata yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan, terutama di kalangan akademisi dan perguruan tinggi Islam. Kalau dilihat dari bahasa, istilah hermeneutika terdengar asing. Dan memang, hermeneutika lahir di Barat, tepatnya di Yunani. Hermeneutika yang bermakna tafsir ini awalnya digunakan di Yunani, lalu kemudian berkembang sebagai metodologi penafsiran Bibel oleh orang-orang Kristen di Barat.  

      Adalah wajar, menurut beberapa pakar, ketika hermeneutika diaplikasikan dalam menafsirkan bible. Akan tetapi ketika diaplikasikan ke dalam Al-Quran, hermeunetika memberikan masalah baru tersendiri. Hermeneutika memiliki perbedaan yang sangat besar dan mendasar dengan metodologi tafsir yang sudah mengakar kuat dalam tubuh umat Islam dari dulu sampai sekarang. 

      Dalam buku berjudul “Hermeneutika dan tafsir Al-Quran” ini, dijelaskan tentang seluk-beluk hermeneutika, dampaknya, dan juga bagaimana cara menafsirkan Al-Quran yang benar menurut ulama-ulama Islam. 


     Buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ditulis oleh Adian Husaini dengan judul “ Dampak Hermeneutika Terhadap Al-Quran”. Adapun bagian kedua ditulis oleh oleh Abdurrahman Al-baghdadi yang judulnya adalah “Cara Menafsirkan Al-Quran”. 

     Dalam menerangkan “dampak hermeneutika terhadap Al-Quran”, Adian Husaini memulainya dengan memberi penjelasan tentang pengertian hermeneutika dan sejarahnya yang muncul di Yunani, dan kemudian berkembang menjadi tradisi Kristen. Pak Adian pun memberikan gambaran, bahwa hermeneutika memang sangat wajar diaplikasikan dalam menafsirkan bible. Namun menjadi tidak wajar dan bermasalah ketika diaplikasikan dalam menafsirkan Al-Quran. 

     Lalu, ketua prodi Pendidikan Islam di pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini menampilkan pernyatan Paus Benediktus XVI, pimpinan umat Kristen, yang ternyata mengakui hal itu. Menurut Paus, kata-kata dalam bible bukan hanya kata-kata Tuhan, tetapi juga kata-kata Isaiah, kata-kata Markus. Dalam hal ini menurutnya, Tuhan menggunakan manusia dan memberikan inspirasi kepada mereka untuk mengungkapkan kata-kata-Nya kepada manusia. Tapi kata Paus, dalam pandangan tradisional Islam Tuhan telah menurunkan kata-kata-Nya kepada Muhammad, yang merupakan kata-kata abadi. Jadi, Al-Quran sama sekali bukan kata-kata Muhammad (p.10). 

         Oleh karena itu bagi kaum Kristen, realitas teks Bible memang membutuhkan hermeneutika untuk penafsiran Bible mereka. Para hermeneutis dapat menelaah dengan makna teks Bible – yang memang teks manusiawi- mencakup kondisi penulis Bible, kondisi historis, dan makna literal suatu teks Bible (h.16). 

      Akan tetapi, lanjut pak Adian, metode historis kritis dan analisis penulis teks (yang merupakan metode hermeneutika) tidak dapat diterapkan untuk teks wahyu seperti Al-Quran, yang memang merupakan kitab yang tanzil (diturunkan) (h.16). Dan hingga kini, kaum muslim di dunia meyakini bahwa lafadz Al-Quran dan maknanya datang dari Allah (lafdzan wa maknan minallah). Meskipun sama-sama keluar dari lisan Rasulullah Saw., tetapi sejak awal sudah dibedakan antara Al-Quran dengan hadits nabi (h.11). Oleh karena itu, hermeneutika memang seharusnya tidak diaplikasikan ke dalam Al-Quran. 

Dampak Hermeneutika 

    Lalu, apa dampak diterapkannya hermeneutika dalam penafsiran Al-Quran? Ketika menjelaskan jawaban dari pertanyaan ini, pak Adian menyebutkan setidaknya ada 3 dampak umum yang ditimbulkan oleh hermeneutika. Yaitu terdapat relativisme tafsir, adanya sikap mencurigai dan mencerca ulama Islam, dan yang terakhir adalah mendekontruksi konsep wahyu.

      Terkait dampak hermeneutika yang menjadikan tafsir bersifat relatif, pak Adian mengutip pernyataan Amina Wadud, “Tidak ada metode penafsiran Al-Quran yang sepenuhnya obyektif. Masing-masing penafsir membuat pilihan-pilihan yang subyektif (h.18). Secara lebih mendalam pak Adian menerangkan dampak hermeneutika yang merelatifkan tafsir ini pada halaman 17 sampai 27. 

      Adapun adanya sikap mencurigai dan mencerca ulama Islam, pak Adian memaparkannya dari halaman 27 sampai 31. Salah satu pernyataan yang dikutip pak Adian dalam hal ini adalah salah seorang sarjana syariah dari IAIN semarang bernama M. Kholidul Adib Ach yang “mencerca” Imam syafii. Dalam sebuah artikel, ia menulis: 

          "Syafii memang terlihat sangat serius melakukan pembelaan terhadap Al-Quran mushaf Utsmani,  untuk mempertahankan hegemoni Quraisy. Maka, dengan melihat realitas tersebut di atas, sikap  moderat syafi’i adalah moderat semu. Dan sebenarnya, sikap syafi’i yang demikian itu, tak lepas dari  bias ideologis Syafi’i terhadap suku Quraisy"   

    Lalu ketika menjelasakan dampak hermeneutika yang menyebabkan timbulnya dekonstruksi konsep wahyu, pak Adian menjelaskan dari halaman 31 sampai 42. Salah satu pembahasan yang dipaparkan pak Adian ketika membahas persoalan ini adalah mengenai salah seorang pengaplikasi hermeneutika dalam Al-Quran yang banyak diikuti pendapatnya oleh orang-orang liberal di Indonesia, yaitu Nasr hamid Abu zaid yang lahir di Mesir. Untuk mengaplikasikan hermeneutika dalam Al-Quran, Abu Zaid menempatkan posisi nabi Muhammad Saw., sebagai “pengarang” Al-Quran. Selain itu, ia juga berpandangan bahwa Al-Quran edisi dunia adalah produk budaya (cultural product). Oleh karena itu menurut pak Adian, Abu Zaid telah melepaskan Al-Quran dari posisinya sebagai kalam Allah yang suci, yang maknanya khas dan nabi Muhammad Saw adalah yang paling memahami makna ayat-ayat Al-Quran (h.39). 

Cara Menafsirkan Al-Quran 

     Kemudian pada bagian kedua dari buku ini, diterangkan mengenai metodologi penafsiran Al-Quran yang sesuai dengan tuntunan Islam. Tulisan ini ditulis oleh Abdurrahman Al-Baghdadi, seorang dosen di beberapa perguruan tinggi Islam di Jakarta yang telah banyak menulis makalah maupun buku-buku keislaman yang sudah diterbitkan.

       Dalam buku ini, Al-Baghdadi membagi tulisan menjadi 3 bab, yaitu tentang perbedaan antara tafsir dan takwil, cara menafsirkan Al-Quran, dan sumber-sumber tafsir. 

      Setidaknya, sebagaimana dijelaskan Al-Baghdadi, ada 7 cara dalam menafsirkan Al-Quran. Dan salah satu cara yang dipakai – yang tentunya berbeda dengan tafsir ala hermeneutika- adalah, ketika menafsirkan kata-kata dan susunan kalimat yang terdapat di dalam Al-Quran, baik lafadz maupun pengertiannya, harus berdasarkan bahasa Arab, tidak boleh ditafsirkan atas dasar pengertian bahasa lain. 

Bahan Renungan 

      Buku ini sangat bermanfaat bagi kaum muslimin, karena banyak menyajikan data dan pemaparan akan bahayanya hermeneutika di dalam menafsirkan Al-Quran; serta dijelaskan seperti apa metodologi penafsiran yang sesuai dengan tuntunan Islam. 

      Akan tetapi, ketika membaca tulisan bagian pertama tentang dampak hermeneutika terhadap Al-Quran, lalu kita membaca bagian kedua tentang cara menafsirkan Al-Quran, seakan-akan keduanya tidak nyambung. Kita tidak menemukan kata-kata hermeneutika pada bagian kedua. 

      Hemat peresensi, hal itu disebabkan buku ini memang dibagi menjadi dua bagian yang satu sama lainnya memiliki perbedaan dalam pembahasan. Bagian kedua yang ditulis oleh Al-Baghdadi tidak disinggung tentang hermeneutika. Alangkah lebih baiknya menurut peresensi, jika bagian kedua dari tulisan tersebut tetap mengaitkan pembahasannya dengan tulisan di bagian pertama, sehingga pembaca tidak akan menemukan kesulitan dalam memahami serta menemukan keterkaitan. 

      Terlepas dari hal tersebut, buku ini sangat penting dibaca oleh kaum muslimin, agar mewaspadai “serangan” hermeneutika. Buku ini juga bisa menjadi bahan acuan ataupun “bahan renungan” bagi praktisi pendidikan di berbagai perguruan tinggi Islam di Indonesia agar tidak menggunakan hermeneutika dalam menafsirkan Al-Quran, mengingat dampak yang ditimbulkan oleh hermeneutika. 



Ponorogo, 2 Desember 2011

0 Response to "Mewaspadai Serangan Hermeneutika dalam Penafsiran Al-Quran"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)