Nabi Muhammad di Mata Orientalis

Oleh: Luqman Hakim
   
Ketika umat Islam membicarakan sosok Nabi Muhammad Saw, maka hampir bisa dipastikan beliau dinilai sebagai sosok yang mulia, maksum, dan contoh terbaik bagi ummat manusia. Beliau juga dinilai sebagai manusia pilihan dan Nabi terbaik sepanjang sejarah. Begitu banyak buku-buku yang telah terbit menceritakan kesempurnaan sosok beliau.

     Akan tetapi, hal itu tidak selalu berlaku bagi para orientalis, yaitu orang-orang (sarjana-sarjana) Barat yang mendalami dunia Timur. Lantas, seperti apakah sosok beliau dalam pandangan para orientalis tersebut? Dan, bagaimana kah sikap yang seharusnya kita ambil?

Penuh Kebencian 

     Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak para orientalis memandang sinis atas Rasulullah Saw. Bahkan, tidak jarang kata-kata pelecehan dan penghinaan keluar dari lisan mereka. 

      Adalah John of Damascus (m.750 M) misalnya, berpendapat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penipu terhadap orang Arab yang bodoh. Nabi Muhammad, katanya, dengan cara yang licik mampu mengawini Khadijah sehingga mendapat kekayaan dan kesenangan. Dengan cara yang cerdas Nabi Muhammad juga berhasil menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Selain itu, Muhammad memilki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. (Daniel J Sahas, John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden: E.J.Brill, 1972,hlm.67-95). 

      Senada dengan John of Damascus, Pastor Bede (673-735 M) berpendapat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a wild man of desert). Ia menggambarkan Nabi Muhammad memiliki pribadi kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, berstatus sosial rendah, bodoh tentang dogma Kristen, dan tamak kuasa, sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya sebagai nabi. 

    Penghinaan terhadap beliau juga dilakukan oleh Martin Luther yang hidup pada zaman kelahiran kembali (Renaissance) dan zaman Reformasi (Reformation) Barat. Ia menganggap Nabi Muhammad sebagai orang jahat dan mengutuknya sebagai anak setan. Adapun Voltaire yang hidup di zaman yang sama menganggap Nabi Muhammad sebagai seorang yang fanatik, ekstremis, dan pendusta yang paling canggih. 

     Sementara itu, Snouck Hurgronje yang pura-pura masuk Islam dan sempat tinggal di Aceh, Indonesia mengatakan; “Pada zaman skeptik ini, sangat sedikit sekali yang di atas kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin mengarapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada”. 

      Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich. Ia menulis sebuah artikel pada tahun 1930 dengan judul “Did Muhammad Exist”? Dalam tulisannya tersebut Klimovich menyimpulkan semua informasi tentang kehidupan Nabi Muhammad hanyalah karangan manusia dan dibuat-buat. Menurutnya, Nabi Muhammad adalah “fiksi yang wajib” karena selalu ada asumsi “setiap agama harus mempunyai pendiri”. 

Tidak Semua 

        Akan tetapi, tidak semua orientalis secara terang-terangan mencaci maki Nabi Muhammad sebagaimana tokoh-tokoh orientalis yang disebutkan di atas. Tidak sedikit orientalis yang bersikap simpatik terhadap beliau. 

      George Bernard Shaw, salah satu pengarang Inggris terkenal misalnya mengakui bahwa ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw telah memuliakan kedudukan wanita. Ia menyatakan bahwa beliau tidak membiarkan anak-anak perempuan mati kedinginan dan kelaparan. Selain itu, beliau juga menganjurkan berbuat baik kepada hewan. 

       Adapun Edward Gibbon, sejarawan Barat yang terkenal menyatakan: “Hal yang baik dari Muhammad ialah membuang jauh kecongkakan seorang raja. Beliau itu melakukan kerja kasar di rumah; menyalakan api, menyapu lantai, memerah susu sapi, dan memperbaiki sendiri sepatu dan baju-baju wol beliau. 

     Berbeda dengan Bernard dan Edward, Thomas Carlyle menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang jujur dan setia. Jujur dengan apa yang beliau ucapkan, dan dalam hal apa yang belia pikirkan.

Sikap Kita 

      Adapun sikap yang bisa kita ambil dari tindakan para orientalis tersebut adalah hendaknya celaan dan hinaan atas Nabi yang dilakukan oleh para orientalis tersebut tidak menyurutkan kadar keimanan kita. Apalagi kalau kita melihat bahwasanya sebagian orientalis justru banyak memberikan penghargaan kepada beliau melalui kejujuran dan sikap objektif mereka. Justru hal ini membuka mata kita agar berhati-hati terhadap pandangan orientalis. 

      Kita hendaknya tetap mencintai beliau, menyayangi beliau, serta terus bershalawat dan mencontoh tindak-tanduk beliau. Bahkan jika memungkinkan, hendaknya kita semakin giat untuk mengembangkan wawasan keagamaan, sehingga kita bisa meng-counter apa-apa yang diwacanakan oleh para orientalis yang telah menebar benih kebencian terhadap Nabi. Wallaahu a’lam bis showab. 




Ponorogo, 17 desember 2011 


1 Response to "Nabi Muhammad di Mata Orientalis"

Jangan lupa komen di sini ya :-)