Lalu di mana Allah?

Sobat……
          Pernahkah kita sendirian? Duduk merenung tanpa ditemani orang-orang terdekat kita. Tak ada orang yang mengajak ngobrol, dan tak ada orang yang duduk di samping kita. Kalau iya, apakah kita kesepian? Hm…saya koq yakin jawabannya pasti iya (ayo ngaku...ayo ngaku..). Padahal sobat, sebenarnya sampai kapanpun kita tidak akan pernah sendirian. Percaya nggak? Percaya nggak percaya, sebenarnya ada zat yang selalu mengawasi kita. Yup, Dia adalah Allah. Zat yang telah menciptakan  kita.
         Selain itu, masih ada lagi lho yang selalu melihat kita, yaitu malaikat Rokib dan Atid. Mereka setia mengikuti kita kemanapun kita pergi. Mereka tak bosan-bosannya mencatat amalan kita.
         Emm…sebenarnya masih ada satu lagi, yang selalu “mengintai” kita. Siapa lagi kalau bukan setan. Hiiiii….
  Jadi sobat,  sebenarnya kita tidak pernah sendirian. Selalu saja ada yang melihat apa yang kita perbuat. Namun, banyak manusia (kita juga termasuk lho) yang tidak menyadari atau lupa terhadap hal ini. Makanya banyak tindakan-tindakan yang melanggar syariat; seperti Pencurian, perampokan, penjarahan, korupsi, de el el. 
      Nah, di zaman Rasul ada peristiwa yang unik. Ada sahabat nabi yang selalu merasa bahwa Allah selalu melihatnya, padahal dia bukan sahabat dekat nabi. Dia juga seorang budak dan pengembala kambing. Ia kemudian dibebaskan oleh  Ibnu Umar karena kedekatannya dengan Allah.
    Mau tahu ceritanya? Oke, tenang aja. Saya akan tuliskan cerita tersebut. Perlu diketahui, Cerita ini merupakan terjemahan dari kitab “Silsilatul Adab” pada halaman 3 dengan judul: ”Faainallah?”, “maka di manakah Allah?”.
   Oke, selamat membaca  :-)
Lalu di mana Allah?
       Suatu hari Abdullah bin Umar Radiyallahu jalan-jalan bersama sebagian sahabatnya menuju beberapa tempat di sekitar Madinah. Karena kepanasan disebabkan teriknya matahari, mereka akhirnya memutuskan untuk istirahat sambil makan makanan yang mereka telah bawa dari rumah.
    Tiba-tiba ada seorang pengembala kambing yang lewat di depan mereka. Ia mengucapkan salam kepada Ibnu Umar dan para sahabatnya. Setelah menjawab salam, Ibnu Umar memanggil pengembala kambing tersebut untuk ikut makan bersama mereka. Akan tetapi, pengembala kambing tersebut berkata, “Saya sedang berpuasa”.
        Ibnu Umar merasa takjub terhadap si pengembala. Ia pun bertanya, mengapa ia lebih menyukai berpuasa padahal hari itu sangat panas. Pengembala yang masih muda ini pun menjawab, bahwa apa yang dilakukannya adalah sebagai bekal di dunia yang akan bermanfaat kelak di akhirat.
    Kemudian Ibnu Umar mengatakan bahwa ia mau membeli satu kambing yang ia gembala.
   Maka berkatalah si pengembala, “Sesungguhnya kambing-kambing ini milik tuanku”.
    Lalu Ibnu Umar hendak  menguji  si pengembala dengan mengatakan, “Jika tuanmu bertanya tentang hal itu maka kamu bisa katakan bahwa kambingnya telah dimakan serigala”.
      Maka si pengembala meninggalkan Ibnu Umar sambil berkata, “Maka di manakah Allah?”
   Ibnu Umar tersentuh dengan ucapan si pengembala. Ia pun menangis dan berkata, “Maka di mana Allah?!”
     Kemudian Ibnu Umar pergi menuju Madinah dan menemui tuan dari pegembali tadi. Ia pun membeli kambing beserta si pengembala. Lalu ia bebaskan pengembala tersebut dan kambing yang telah dibeli ia kasikan kepadanya.

Subhanallah..
Semoga kita bisa banyak mengambil ibroh dari cerita ini. Amiin…



Ponorogo, 4 November 2011
Jangan lupa klik tombol "suka" di bawah ini  ya...   :-) 

0 Response to "Lalu di mana Allah?"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)