Menyucikan Allah

Sobat…..

Ketika ku menulis tulisan ini, tadi pagi ummat Islam di berbagai penjara dunia telah menunaikan sholat i’ed. Itu artinya, hari ini adalah hari raya untuk kaum muslimin. Dan, para jama’ah haji sedang menunaikan ibadah haji di Mekkah sana. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat idul adha 1432 H. Semoga pengorbanan dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amiin…

Sobat…

       Saya ingin melanjutkan terjemahan dari kitab “Silsilatul Adab” yang kali ini merupakan bagian pertama tentang “Kisah-kisah yang berhubungan dengan adab kepada Allah” dengan penulis Abdul Aziz Sayyid hasyim. 

      Kali ini sudah tiba pada sub judul yang ketiga yang berjudul Tanziihullah (Menyucikan Allah). Saya berharap kalau ada terjemahan yang keliru mohon dikoreksi dan bisa diinformasikan kepada saya. Saya sangat senang sekali. 


Menyucikan Allah

      Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam mengutus seorang intilijen, dan ketika melaksanakan sholat berjama’ah, imam sholat mereka membaca surat al-Ikhlas dalam setiap rakaat sesudah membaca surat al-Fatihah.
 
       Maka tatkala mereka kembali ke Madinah, mereka melaporkan hal tersebut kepada nabi. Nabi pun bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan hal itu?”
 
        Mereka pun bertanya kepada imam sholat tadi alasannya membaca surat alk-Ikhlas setiap rakaat sesudah membaca surat al-Fatihah. Maka ia menjawab: “Sesungguhnya ia adalah sifa Allah yang Maha Pengasih, saya senang membacanya”.
 
        Maka rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Katakan kepadanya bahwa Allah mencintainya”(Muttafaqun ‘alaih)


Sobat….
 
      Dari hadits (kisah) ini kita memperoleh pelajaran bahwa kita diperbolehkan membaca surat al-Ikhlas di setiap rakaat setelah membaca surat al-Fatihah. Asalkan tujuannya adalah karena kita menyukai membaca surat ini, bukan karena yang lain. Karena dalam surat al-Ikhlas, terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan keesaan Allah, kewajiban bergantung kepada-Nya, dan hal-hal lain yang semuanya bisa menyucikan jiwa serta bermakna menyucikan Allah. Artinya, kita mengakui bahwa Allah itu Maha Suci.
 
       Hikmah yang lain adalah, kita jangan langsung menyalahkan suatu amalan yang dilakukan seseorang dan kita merasa ada yang janggal. Kita tabayyun dulu, mengapa ia melakukan amalan tersebut. Kalau ternyata tujuannya baik dan tidak melenceng dari Al-Quran dan As-Sunnah, maka tidak benar kalau kita menyalahkannya. Kita baru menyalahkan dan menasehatinya kalau tujuannya menyimpang dan bertentangan dengan Al-Quran maupun As-Sunnah. Wallahua’lam.

 


Ponorogo, 6 November 2011


Jangan lupa klik tombol "suka" di bawah ini ya... :-) 

0 Response to "Menyucikan Allah"

Posting Komentar

Jangan lupa komen di sini ya :-)