Al-Faruqi: Tauhid adalah Esensi Peradaban Islam


Oleh : Luqman Hakim


 Judul : Tauhid 
Penulis : Isma’il Raji Al-Faruqi 

Penerbit : Penerbit Pustaka, Bandung 

Tahun Terbit : 1409 H / 1988 M 

Tebal : 278+ xvi halaman 




           Berbicara tentang tauhid, maka kita sedang membicarakan perkara besar dalam agama Islam. Ia merupakan emas paling berharga dalam hidup seorang muslim. Tanpa tauhid, keislaman seseorang akan tercerabut dengan sendirinya. Oleh karena itu, sebagai muslim kita seyogyanya mempelajari lebih dalam mengenai tauhid serta berbagai penjelasan tentangnya dari para ulama. 

     Dalam buku Tauhid yang ditulis oleh Al-Faruqi ini, kita diajak mengarungi penjelasan tentang tauhid yang agak “berbeda” dengan buku-buku tauhid lainnya. Selain menemukan tulisan berupa ayat-ayat al-Quran serta hadits nabi, kita juga menjumpai berbagai penjelasan tauhid yang dipandang dari sisi sosial, seni, poiltik, dan lain-lain.  

     Al-Faruqi, intelektual muslim yang lahir di negara Palestina ini memaparkan bahwa tauhid adalah intisari dari agama Islam. Tanpa tauhid, Islam tidak akan ada. 

      Selain itu, tauhid menurutnya merupakan esensi dari peradaban Islam, karena tauhid merupakan esensi dari Islam itu sendiri. Dengan begitu, tauhid memberikan identitas peradaban Islam yang mengikat semua unsur-unsurnya bersama-sama dan menjadikan unsur-unsur tersebut suatu kesatuan yang integral dan organis yang disebut peradaban.   

      Adapun dalam mengikat unsur-unsur peradaban yang berbeda tersebut, ia berpandangan bahwa esensi peradaban –dalam hal ini tauhid- membentuk mereka dengan cetakannya sendiri. Yaitu, mencetak unsur-unsur peradaban tersebut agar saling selaras dan saling mendukung (h.16). 

Implikasi Tauhid 

       Al-Faruqi menjelaskan, tauhid memiliki implikasi terhadap semua bidang disiplin keilmuan serta semua aspek kehidupan. Ketika berbicara tentang sosial, tentang politik, tentang kebudayaan, tentang hukum, ekonomi, ekonomi, tentang kesenian, atau tentang keluarga; maka itu semua tidak terlepas dari tauhid. Tauhid menjadi spirit serta landasan dalam semua aspek kehidupan. 

          Salah satu contoh yang dikemukakan Al-Faruqi adalah kesenian Islam yang digerakkan oleh spirit tauhid, sehingga membuatnya berbeda dengan kesenian dalam agama lain. Ia memaparkan, bahwa seni dalam Islam berupaya mencapai pemenuhan tugas memuliakan, memanusiawikan, dan merealisasikan diri dengan menempatkan manusia secara terus-menerus di hadirat Ilahi. Karena wujud ilahi merupakan sesuatu yang bukan manusiawi dan transenden, maka idealisme Islam yang dilahirkannya tidak pernah bersifat Promothen, sombong atau menentang. Hal itu berbeda dengan kesenian di luar Islam-Yunani dan Renaisans misalnya-, yang meningkatkan penghargaan manusia terhadap dirinya sendiri sehingga akan mengantarkannya pada kesombongan. 

      Lebih jauh lagi, Al-Faruqi menyatakan bahwa keagungan seni Islam identik dengan keagungan Islam itu sendiri, yaitu selalu berusaha mencapai dan selalu menjaga jarak dengan realitas transenden yang tertinggi (Allah). (h.225) 

      Adapun terkait implikasi-implikasi lainnya antara tauhid dengan berbagai disiplin keilmuan dan aspek kehidupan, Al-Faruqi menjelaskannya secara mendetail mulai dari bab kedua sampai terakhir. 

Islam dan Agama Lain 

          Di dalam buku yang terdiri dari 13 bab ini, Al-Faruqi mengemukakan argumen-argumen ilmiah yang membedakan Islam dengan agama-agama lain. Tidak hanya memaparkan perbedaan, Al-Faruqi juga menjelaskan keunggulan-keunggulan Islam dibanding agama-agana lainnya dilihat dari berbagai sisi; yaitu dari sisi politik, sosial, konsep Tuhan, dan lain-lain. 

         Dalam dimensi sosial, misalnya, Al-Faruqi menjelaskan bahwa Islam mutlak unik di antara agama dan peradaban yang dikenal di dunia. Berkebalikan dengan agama lainnya, Islam mendefinisikan agama sebagai maslahat kehidupan, persoalan ruang dan waktu, serta proses sejarah. Semua itu merupakan bentuk ketaqwaan dan kebajikan jika dikerjakan dengan baik. Namun jika sebaliknya, maka seorang muslim dianggap telah berbuat kemungkaran dan kefasikan. Dengan demikian, Islam menganggap dirinya relevan dengan seluruh ruang dan waktu, dan berusaha untuk menentukan seluruh sejarah, seluruh ciptaan, termasuk seluruh ummat manusia. (h.85)

        Apabila Islam dibandingkan dengan agama lainnya, maka akan terlihat perbedaan yang menunjukkan keagungan Islam. Dalam agama Yahudi, misalnya, tidak ditemukan konsep bahwa agama Yahudi berlaku untuk semua ummat manusia. Menurut pandangan orang Yahudi, bangsa Yahudi adalah suatu bangsa yang terpisah dari umat manusia lainnya. Hukum yang diwahyukan Tuhan adalah untuk mereka, bukan untuk bangsa lain. Tata sosial yang ditunjukkannya melalui perintah-perintah dan larangan-larangannya hanyalah milik mereka saja. Hanya orang kelahiran Yahudi sajalah yang dianggap sebagai orang Yahudi, dan perpindahan agama dari bukan Yahudi secara tegas harus dicegah dan dibatasi seminimal mungkin. (h.89) 

Pegangan Berharga 

         Membaca tulisan profesor ternama yang pernah menjabat sebagai kepala studi keislaman di Temple University, Amerika Serikat ini kita akan menemukan banyak istilah-istilah ilmiah yang bagi sebagian besar orang masih sulit dipahami. Istilah-istilah seperti eskatologi, magisterium, idesionalitas, teleologi, soteorologi, dan istilah-istilah semacamnya akan banyak kita temui. Hal ini tentu saja akan menyulitkan para pembaca yang masih asing dengan kata-kata tersebut. 

           Akan tetapi, hal itu tidaklah mengurangi nilai buku ini. Karya monumental yang dipersembahkan Al-Faruqi ini akan menjadi pegangan berharga bagi kaum muslimin agar lebih bangga terhadap identitas keislaman. Selain itu, buku ini akan menjadi referensi penting untuk kaum muslimin untuk merealisasikan upaya membangun peradaban Islam. Karena, tauhid adalah esensi dari peradaban Islam itu sendiri. 




Ponorogo, 23 November 2011 



4 Responses to "Al-Faruqi: Tauhid adalah Esensi Peradaban Islam"

  1. Anyway, itu buku harganya bera bro?

    n jgn lupa kunjung balik!!

    BalasHapus
  2. Baimgee: kalau harga aslinya,Maaf saya kurang tahu bro......alhamdulillah saya dah kunjung balik ke blog-mu..blog yang bagus dan bermanfaat :-)

    BalasHapus
  3. wah pengen memiliki buku itu tapi kak bisa di dapat di tiko2 buku terdekat di surabaya gak..?

    BalasHapus
  4. Muarra: saya kurang tahu akhi...kayaknya kalau di toko-toko buku terdekat nggak ada..tapi, siapa yahu ada :-)

    BalasHapus

Jangan lupa komen di sini ya :-)